Teruntuk
saudara/i seluruh Pelayan dan Anggota Jemaat GPP, dua tahun telah berlalu, dan
dua dari tiga Tugas Panggilan Gereja telah kita laksanakan dengan segala kegiatannya sebagai Tema Tahunan Gerejawi gereja kita. Tahun Koinonia GPP 2012
dan Tahun Diakonia GPP 2013 (Tahun Bersekutu dan Tahun Melayani).
Sehingga dengan ini sebagai konsekuensi
kelanjutannya, GPP harus segera menyempurnakan Tema Tahunan ke-Tritugasan
Panggilan Gereja dengan mencanangkan tahun 2014 ini sebagai Tahun Marturia GPP,
Tahun Bersaksi. Tentu saja hal ini harus disikapi dengan rasa suka cita dan
dengan penuh kesungguhan hati, tidak dengan paksaan namun dengan kerelaan hati
sebagai wujud ungkapan syukur terdalam atas anugerah di dalam Diri Anak Tunggal
Allah, Yesus Kristus.
Marturia (dari bahasa Yunani: martyria) adalah salah satu
istilah yang dipakai gereja di sepanjang abad dalam melakukan
aktivitas imannya, sebagai tugas panggilan gereja, yaitu dalam hal kesaksian iman.
Kesaksian iman yang dimaksud adalah pemberitaan Injil
sebagai berita keselamatan bagi manusia.
“Pergilah, jadikanlah semua bangsa
murid-Ku...” (Matius 28:19)
Pijakan
dan dasar setiap apa yang gereja, orang-orang percaya, lakukan dalam berpikir
dan bertindak adalah segenap apa yang telah dinyatakan di dalam Diri dan perintah
Tuhan Yesus. Bahasa teologisnya, semua apa yang dilakukan oleh gereja/rasul (missio apostolorum) saat ini merupakan
kelanjutan dari apa yang telah dilakukan oleh Kristus (missio Christi).
Perintah
yang dituliskan dalam Matius 28:19 di atas adalah sebaris pesan terakhir Tuhan
Yesus sesaat sebelum Ia terangkat ke surga, namun demikian perintah itu
sekaligus menjadi suka cita bagi para rasul untuk dapat menghidupi dengan
sungguh kedirian Yesus yang mereka percayai tersebut.
Bukankah
sesungguhnya kata-kata penguatanlah yang selayaknya diucapkan ketika perpisahan
hadir dan memaksa untuk tidak lagi bersama dengan mereka yang tersayang? Tentu
saja. Sebaris kalimat tersebutlah yang merupakan bagian dari pidato penguatan
itu, sebuah perintah yang diberikan Tuhan Yesus kepada sahabat-sahabat-Nya yang
terkasih, yaitu para murid. Kesedihan karena mereka harus berpisah dari Sang
Guru tentu sangatlah menyesakkan, namun hati mereka sekaligus menjadi disukakan
karena Guru yang mereka cintai memberikan suatu perintah agung sebagai
perwujudan persekutuan yang takkan pernah terputus dan menjadi bekal kekuatan
yang tak akan tergugatkan.
Kata
“pergilah” (kata dalam bahasa aslinya: poreuthentes)
mengandung arti: berangkat, menelusuri, melewati batas-batas yang ada. Berita
tentang Yesus harus segera dikomunikasikan. Unsur ini mengandung arti tidak
lagi hanya kepada “masyarakat” sendiri, tetapi juga ditujukan kepada “negeri
asing”. Hubungan kata “pergilah” ini dengan apa yang pernah dilakukan oleh
Tuhan Yesus (missio Christi) adalah:
dalam pelayanan-Nya Yesus hampir tidak pernah berlama-lama berdiam di suatu
tempat, Ia “hilir-mudik”, Yesus berpindah-pendah tempat, Ia terus bergerak
memberitakan Tahun Rahmat Allah dengan melewati batas-batas yang ada. Kita juga
seperti Dia, harus bergerak!
“Jadikanlah
semua bangsa murid-Ku”, artinya menggerakkan orang dengan dorongan Roh-Nya,
menempatkan diri di bawah kekuasaan-Nya yang membebaskan. Objek kesaksian:
“semua bangsa”. Sebagaimana istilah “ujung bumi” yang sering digunakan dalam
beberapa bagian lain Alkitab, yang berarti seluruh oikumene (dunia), “semua
bangsa” ialah semua manusia dari bumi yang didiami manusia, seluruhnya
merupakan alamat dari penugasan kemarturiaan gereja.
Isi dari Kemarturiaan Gereja
Kita dipanggil oleh Tuhan Yesus secara
individu maupun persekutuan untuk melaksanakan misi Tuhan di bumi ini. Yesus
Kristus mati di kayu salib – kita percaya Tuhan Allah datang ke dunia ini
di dalam Anak-Nya Yesus Kristus yang telah mati untuk menyelamatkan kita dan
dunia ini. Oleh sebab itu tugas pemberitaan/kesaksian (marturia) itu harus
dilakukan oleh persekutuan gereja baik individu maupun persekutuan
masing-masing. Setiap orang sadar akan kemuridannya (discipleship) dalam perjalanan hidupnya. Sekali kita menyadari hal
itu maka kita harus memiliki komitmen dan kesetiaan sebagai murid Yesus
Kristus. Dengan kesadaran sedemikian persekutuan menjadi alat yang kuat untuk
mengkominikasikan berita keselamatan Kristus.
Apakah yang harus disaksikan? Apa isi dari kesaksian iman kita?
Kematian Yesus akibat keberdosaan manusia serta kemenangan-Nya sebagai
proklamasi bahwa kita telah dibebaskan dan dimenangkan sebagai warga Kerajaan
Allah. Karena Yesus hidup (dalam peristiwa Paskah yang sebentar lagi akan kita
rayakan), maka segala sesuatu telah berubah, ada semangat baru, ada harapan
baru, ada masa depan baru bagi dunia!
Dia yang memilih gereja (setiap orang percaya) sebagai saksi-Nya supaya
gereja juga memuridkan yang lain menjadi murid Kristus. ”Akulah yang memilih kamu, dan Aku telah menetapkan kamu supaya kamu
pergi dan menghasilkan buah” (Yohanes 15:16). Kesaksian yang membawa
orang-orang kepada Kristus.
Apa yang Dapat Dilakukan Gereja
Kita?
Kesaksian yang terbaik adalah dengan memperkenalkan kasih
Kristus melalui hidup kita. Orang-orang selalu menghubungkan tugas bersaksi ini
dengan Pemberitaan Injil (zending), tentu
itu benar, walaupun bila penekanannya hanya sebatas itu akan menjadi
pendangkalan dari makna kemarturiaan itu sendiri. Namun di sisi yang lain harus
dipahami juga bahwa pewartaan itu bukan hanya sebatas hal yang verbal, tetapi
lebih dari pada itu.
Seperti apa yang dilakukan oleh para missionaris, mereka
juga menyatu dengan masyarakat dan menjadi teladan dalam sikap dan pemikiran.
Mereka juga bergerak “di dalam”, ketika orang-orang telah menjadi warga gereja,
kesaksian kepada mereka tetap dilakukan melalui gaya hidup para missionaris.
GPP, baik secara individu
(pribadi) maupun persekutuan tentu saja dapat dan harus melakukan Tugas
Kemarturiaan ini, dengan menyadari kemuridannya dan memuridkan orang lain untuk
dengan benar mengenal Yesus. Tidak cukup lagi hanya membawa dan menjadi alat
supaya orang-orang dibaptiskan, tetapi juga menjadikan iman orang lain menjadi
bertumbuh, semakin lebih dewasa, “...bertumbuh di dalam segala hal ke arah Dia,
Kristus, yang adalah Kepala” (Efesus 4:15). Sehingga kita dan gereja kita ini
benar-benar menjadi berbuah.
Secara konkret ada beberapa hal yang dapat kita lakukan:
Multiplikasi, Pelipatgandaan. Sejak semula gereja GPP hadir dan terpanggil untuk
menjawab kehausan umat yang merindukan berita dan pelayanan tentang Yesus,
khususnya di daerah-daerah yang terpencil dan jauh dari jangkauan modernitas.
Aspek ini telah kita lakukan, misalnya adanya jemaat GPP Jambu Dolok yang
terisolir dari akses komunikasi dan transportasi, Pos PI Aceh-Singkil di
Perbatasan NAD, GPP Rianiate di perbatasan kabupaten Tapanuli Tengah-Tapanuli
Selatan, beberapa gereja GPP di Propinsi Riau, dan masih banyak daerah lainnya.
Tentu semangat dari apa yang kita lakukan bukan hanya sebatas agar semakin
banyak yang menjadi anggota gereja kita, tetapi supaya semakin banyak yang
menerima dan merasakan kemenangan di dalam Kristus. Memenangkan jiwa-jiwa.
Sehingga dengan ini, akan tetap menjadi fokus GPP untuk mencari dan terus
mencari daerah di mana orang-orang harus dimenangkan melalui kehadiran gereja
kita. Menembus setiap batas-batas.
Menjadikan Jemaat yang Missioner. Kini, sudah saatnya kita “keluar” dari lingkungan
gedung gereja kita saja, namun membuka mata terhadap keberadaan gereja-gereja
yang lain. Gereja yang hidup adalah gereja yang tidak hanya peduli terhadap
dirinya sendiri, namun mampu melihat dan berkarya terhadap apa yang menjadi
pergumulan yang lainnya. Bahkan bukan hanya sebatas gereja sebagai institusi,
namun setiap pribadi terdorong untuk bermissi bagi kebaikan yang lainnya,
karena setiap anggota jemaat adalah tubuh Kristus itu sendiri (1 Korintus 3:16;
6:19). Untuk hal ini beberapa gereja kita telah memulainya dan dapat dijadikan
contoh yang baik, GPP Jemaat Khusus Karang Sari salah satunya. Menjadikan missi
dan kepedulian sebagai gaya hidup Gereja dan Anggota Jemaat.
Mewujudkan kemarturian melalui
persekutuan yang hangat di setiap gereja. Bukankah kesaksian yang paling berdampak sejak gereja ada di bumi ini
adalah kehangatan persekutuan gereja itu sendiri, sehingga harumnya semerbak kepada
siapapun yang melihatnya? Hal inilah yang pen-ting untuk selalu kita jaga dan
pupuk di sepanjang waktu. Memupuk dengan meningkatkan kegiatan-kegiatan
pemuridan di dalam gereja: Penelaahan Alkitab, Kunjungan Perorangan atau
Kelompok, Pembentukan Komisi Sel, Retreat atau Ibadah Padang, Ibadah
Lingkungan/Wiyk, Bible Camp, Sermon, Latihan Koor (pargurendean), dan lain sebagainya.
Bukankah itu semua adalah bunga yang membuat gereja kita menjadi eksis
bersaksi dengan menyerbakkan keharuman demi kemuliaan Kristus?
Semua hal tersebut dapat dan harus kita terjemahkan di sepanjang tahun
ini dalam program-program yang telah kita rumuskan atau yang akan dirumuskan di
tingkat Pusat, Wilayah, Resort, ataupun Jemaat. Tidak perlu menunggu beberapa
waktu lagi, sekaranglah saatnya.
Selamat Tahun Marturia 2014.
Tuhan Memberkati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar