- Kebanyakan mazmur dalam Kitab Mazmur adalah buah dari permenungan atas pengalaman mereka sebagai sebuah bangsa (umat) pilihan, secara komunal maupun personal. Agaknya Mazmur 121 ini, adalah nyanyian umat ketika mereka bergerak mendaki ke Gunung Sion (Yerusalem) dalam kerinduan untuk “bertemu Allah” di Bait-Nya yang kudus. Nyanyian dalam mazmur ini adalah ingatan tentang catatan sejarah perjalan iman mereka di Padang Gurun setelah Allah melepaskan mereka dari perbudakan Mesir menuju ke Tanah Perjanjian. Sungguh sebuah perjalanan yang sangat mendebarkan, penuh tantangan, dan penuh ketidakpastian. Nyanyian ini untuk mengingat semua yang telah mereka alami maupun rasakan selama perjalanan tersebut. Lirik demi lirik merupakan ekspresi dari apa yang mereka temukan dalam kaitan dengan pemeliharaan Allah selama perjalanan itu.
- Dalam dunia Timur Dekat Kuno, setiap bangsa selalu melihat gunung sebagai tempat bertakhta allah mereka. Namun ada banyak gunung yang mereka lalui, di manakah pertolongan yang sungguh? (ay. 1). Mereka pernah berkata kepada Musa bahwa perjalanan tersebut hanya memberikan penderitaan yang baru bagi mereka, keraguan pun menjadi semakin kuat ketika negeri yang dijanjikan tidak juga terlihat. Rasa ketidakpastian inilah yang membuat pemazmur terkadang mencari sumber pertolongan yang lain. Tetapi kemudian ia menjadi tersadar, bahwa ia tidak akan menemukan pertolongan yang sesungguhnya, karena pertolongan itu hanya dari TUHAN Sang Pencipta (ay. 2).
- Allah yang memberikan kekuatan ketika kaki-kaki kita terasa melemah (ay. 3). Allah yang menyertai kita tanpa memandang waktu, karena Ia sendiri adalah Sang Waktu itu (ay. 3-5). Umat Israel sebelumnya tentu tidak menyangka bahwa perjalanan yang membebaskan mereka tersebut akan memakan waktu 40 tahun lamanya, sehingga tidak begitu mengherankan bila mayoritas dari mereka sering sekali sampai memberontak dalam ketidakpastian yang mereka hadapi dalam perjalanan yang seperti tak berujung itu, termasuk Miriam dan Harun. Tetapi tidak demikian dengan Musa, ia bersikap lebih tenang dalam ketidakpastian yang juga dihadapinya, karena ia menyadari bahwa Allah yang ia percayai adalah yang menciptakan langit dan bumi, matahari dan bulan (ay. 2,6). Setiap langkah, rencana, bahkan hidupnya dijamin kelangsungannya dalam penjagaan TUHAN, Allah Semesta Alam (ay. 5-8).
- Banyak sekali hal yang membuat kita sering terlena ketika hendak menutup tahun, setiap orang menciptakan kegiatan (baca: kesibukan) untuk meninggalkan “tahun yang lama” menuju tahun baru yang sudah di depan mata. Mulai dari liburan, belanja “cuci gudang” besar-besaran, bertukar kado, kembang api, sampai old and new party di banyak tempat. Hampir tidak memberikan waktu lagi untuk merenung serta mengevaluasi diri dan iman atas perjalanan 365 hari yang telah dilalui. Seharusnya bersama pemazmur, baik sekali bila saat ini kita dapat memberi waktu kepada permenungan terhadap setiap kenangan dalam “perjalanan” yang telah kita lalui itu. Karena sesungguhnya ada banyak moment ketidakpastian yang membuat kita sering mencari pertolongan dengan melayangkan pandangan kepada “gunung-gunung” yang ada di sekitar kita. Mencari jalan keluar yang sebenarnya hanya menambah permasalahan yang baru. Mencari solusi yang sesungguhnya hanya bersifat sementara, lalu masalah itu hadir kembali. Untuk itu, sekaranglah saatnya bagi kita menyadari bagaimana pertolongan yang dari TUHAN selalu hadir dan memberikan ketenangan pada saat yang tepat, bahkan di setiap waktu hidup kita. Ketika ketidakpastian (ekonomi, pekerjaan, pendidikan, keluarga, dan seterusnya) sering menerpa, ternyata begitu kita tersadar bahwa Ia adalah Sang Pencipta segala sesuatu, hal itu serta-merta memberikan kepada kita ketenangan sehingga kita mampu untuk berpikir jernih dan memiliki kekuatan yang tak terduga sebelumnya. Ketenangan itu, sekali lagi, bukan dari “gunung-gunung” yang menawarkan kepuasan ragawi, namun hanya dari TUHAN Semesta Alam, di siang dan malam hidup kita.
Pendeta Gereja Protestan Persekutuan, Magister Theologi (Perjanjian Lama) STT Gereja Methodist Indonesia Bandar Baru, Dosen Perjanjian Lama IAKN Tarutung.
Kamis, 27 Maret 2014
Menemukan Ketenangan Dalam Ketidakpastian (Mazmur 121:1b-7)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar