- Mengaku/Pengakuan Iman (Credo) selalu dilakukan jemaat Kristen setiap ibadah Minggu. Credo tersebut diyakini sebagai suatu pernyataan kesaksian iman jemaat. Namun sekarang yang menjadi pertanyaan adalah, apakah sebuah pernyataan yang dirangkai dalam kata-kata indah itu saja sudah cukup untuk mengaku iman kepada Yesus, Tuhan Sang Pengasih? Perikope Matius 10: 32-42 secara umum, atau ayat 42 secara khusus mengajak orang-orang percaya dan gereja sebagai warga dan simbol kehadiran Kerajaan Allah untuk memikirkan ulang kembali pemahaman dan pengakuan tentang Yesus di hadapan manusia dan dunia.
- Tentu pemahaman tentang kata mengaku di sini terkait erat dengan situasi sosial pada saat Injil Matius itu sendiri dituliskan. Injil Matius dituliskan pada pasca masa para rasul, mungkin dituliskan pada sekitaran tahun 70 Masehi (perlu diingat juga, akan penghancuran kota Yerusalem oleh Jenderal Titus pada tahun 70 Masehi). Hal itu mengindikasikan, cerita tentang Yesus ditafsir tokoh-tokoh Kristen generasi saat itu sebagai sarana memperkuat dan memperteguh kepercayaan jemaat tentang Yesus meski mereka menghadapi ancaman awal dari pemerintahan Romawi dan perlawanan kaum Yahudi tentunya. Rupa-rupanya, tokoh-tokoh Kristen pada saat itu pun sudah sangat menyadari bahwa pengakuan terhadap Yesus tidaklah cukup hanya di mulut saja, tetapi diwujudnyatakan dalam kehidupan sehari-hari.
- Setelah pada ayat-ayat sebelumnya (ayat 32-39), karakter murid Yesus yang mengaku adalah dengan memahami ulang makna keluarga dan membangun hubungan-hubungan dalam keluarga yang lebih mencerminkan keluarga Kristiani, serta kesediaan untuk memikul salib (penderitaan, pergumulan, pengorbanan, dsb.). Selanjutnya, Matius 10 pada ayat 42 ini merupakan perwujudan pengakuan (Credo) dalam perbuatan yang paling nyata, yaitu memberi minum orang haus. Kesaksian akan sebuah pengakuan perlu diwujudnyatakan dalam kehidupan sehari-hari baik melalui tindakan-tindakan besar ataupun tindakan sekecil apapun itu. Tindakan nyata yang dilakukan dengan memberi minum orang yang haus merupakan suatu tindakan diakonia (pelayanan) yang melekat dalam kehidupan para pengikut Yesus. Integritas seorang pengikut Yesus adalah hidup dan bertumbuhnya kesadaran dalam dirinya bahwa ia memiliki tanggung jawab kehadiran yang menjadi berarti bagi orang lain.
- Panggilan ini jelas, bahwa Tuhan menghendaki pengakuan (credo) kita adalah dengan menerima sesama kita, bahkan mereka yang terkecil, terlemah, terpinggirkan, terabaikan, termarginalkan, terlupakan. Bentuk penerimaan kepada sesama, kita tampakkan dengan kesediaan kita untuk menolong, menopang, memberi bantuan sekecil apapun bentuknya. Karena menerima sesama dengan tulus, memberi arti kehadiran kita bagi mereka, sama maknanya dengan menerima kehadiran Tuhan.
- Sejarah mencatat, bahwa pada abad-abad pertama, orang dan persekutuan Kristen (belum ada organisasi gereja yang mapan, masih jemaat rumah, oikos) tidak banyak berbicara tentang apa atau siapa Yesus Kristus itu, hal tersebut baru menjadi perhatian pada abad-abad selanjutnya. Tetapi kekristenan sangat memiliki keistimewaan dan berkembang sangatlah pesat pada masa itu. “Jemaat-jemaat rumah” tersebut memilih untuk lebih mengutamakan pemberlakuan kasih ketimbang usaha spekulasi tentang hakekat Yesus. Pengakuan Iman (Credo) mereka adalah kesadaran yang sungguh tentang kehadiran yang memberi makna bagi orang-orang lain, terlebih terhadap orang-orang miskin, rendah dan hina. Dengan kekuatan gaya hidup yang seperti itu, “jemaat-jemaat rumah” tersebut berhasil memberlakukan kesamaan derajat antara sesama manusia. Hal ini sungguh sangat menarik perhatian, sesuatu yang langka ditemukan pada masa ketika itu. Kasih yang nyata memberikan jawaban yang tepat dalam memberikan makna yang benar terhadap hidup dan arah hidup manusia. Sehingga dengan demikian “memberikan secangkir air yang sejuk” menjadi tugas setiap murid Yesus, juga gereja sebagai perwujudan pengakuannya. Karena hidup kita bukanlah hanya untuk diri kita, sebagaimana gereja yang juga harus berarti bagi kemanusiaan dan bagi orang-orang lain.
Pendeta Gereja Protestan Persekutuan, Magister Theologi (Perjanjian Lama) STT Gereja Methodist Indonesia Bandar Baru, Dosen Perjanjian Lama IAKN Tarutung.
Kamis, 27 Maret 2014
Memberi Secangkir Air Sejuk (MATIUS 10:42)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar