Senin, 10 Maret 2014

TAHUN MARTURIA GPP 2014 (Hidup dan Berbuah dalam Keselamatan Kristus, menjadi Saksi Sampai ke Ujung Bumi)





Teruntuk saudara/i seluruh Pelayan dan Anggota Jemaat GPP, dua tahun telah berlalu, dan dua dari tiga Tugas Panggilan Gereja telah kita laksanakan dengan segala kegiatannya sebagai Tema Tahunan Gerejawi gereja kita. Tahun Koinonia GPP 2012 dan Tahun Diakonia GPP 2013 (Tahun Bersekutu dan Tahun Melayani).
Sehingga dengan ini sebagai konsekuensi kelanjutannya, GPP harus segera menyempurnakan Tema Tahunan ke-Tritugasan Panggilan Gereja dengan mencanangkan tahun 2014 ini sebagai Tahun Marturia GPP, Tahun Bersaksi. Tentu saja hal ini harus disikapi dengan rasa suka cita dan dengan penuh kesungguhan hati, tidak dengan paksaan namun dengan kerelaan hati sebagai wujud ungkapan syukur terdalam atas anugerah di dalam Diri Anak Tunggal Allah, Yesus Kristus.
Marturia (dari bahasa Yunani: martyria) adalah salah satu istilah yang dipakai gereja di sepanjang abad dalam melakukan aktivitas imannya, sebagai tugas panggilan gereja, yaitu dalam hal kesaksian iman. Kesaksian iman yang dimaksud adalah pemberitaan Injil sebagai berita keselamatan bagi manusia.
“Pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku...” (Matius 28:19)
Pijakan dan dasar setiap apa yang gereja, orang-orang percaya, lakukan dalam berpikir dan bertindak adalah segenap apa yang telah dinyatakan di dalam Diri dan perintah Tuhan Yesus. Bahasa teologisnya, semua apa yang dilakukan oleh gereja/rasul (missio apostolorum) saat ini merupakan kelanjutan dari apa yang telah dilakukan oleh Kristus (missio Christi).
Perintah yang dituliskan dalam Matius 28:19 di atas adalah sebaris pesan terakhir Tuhan Yesus sesaat sebelum Ia terangkat ke surga, namun demikian perintah itu sekaligus menjadi suka cita bagi para rasul untuk dapat menghidupi dengan sungguh kedirian Yesus yang mereka percayai tersebut.

Bukankah sesungguhnya kata-kata penguatanlah yang selayaknya diucapkan ketika perpisahan hadir dan memaksa untuk tidak lagi bersama dengan mereka yang tersayang? Tentu saja. Sebaris kalimat tersebutlah yang merupakan bagian dari pidato penguatan itu, sebuah perintah yang diberikan Tuhan Yesus kepada sahabat-sahabat-Nya yang terkasih, yaitu para murid. Kesedihan karena mereka harus berpisah dari Sang Guru tentu sangatlah menyesakkan, namun hati mereka sekaligus menjadi disukakan karena Guru yang mereka cintai memberikan suatu perintah agung sebagai perwujudan persekutuan yang takkan pernah terputus dan menjadi bekal kekuatan yang tak akan tergugatkan.
Kata “pergilah” (kata dalam bahasa aslinya: poreuthentes) mengandung arti: berangkat, menelusuri, melewati batas-batas yang ada. Berita tentang Yesus harus segera dikomunikasikan. Unsur ini mengandung arti tidak lagi hanya kepada “masyarakat” sendiri, tetapi juga ditujukan kepada “negeri asing”. Hubungan kata “pergilah” ini dengan apa yang pernah dilakukan oleh Tuhan Yesus (missio Christi) adalah: dalam pelayanan-Nya Yesus hampir tidak pernah berlama-lama berdiam di suatu tempat, Ia “hilir-mudik”, Yesus berpindah-pendah tempat, Ia terus bergerak memberitakan Tahun Rahmat Allah dengan melewati batas-batas yang ada. Kita juga seperti Dia, harus bergerak!
“Jadikanlah semua bangsa murid-Ku”, artinya menggerakkan orang dengan dorongan Roh-Nya, menempatkan diri di bawah kekuasaan-Nya yang membebaskan. Objek kesaksian: “semua bangsa”. Sebagaimana istilah “ujung bumi” yang sering digunakan dalam beberapa bagian lain Alkitab, yang berarti seluruh oikumene (dunia), “semua bangsa” ialah semua manusia dari bumi yang didiami manusia, seluruhnya merupakan alamat dari penugasan kemarturiaan gereja.
Isi dari Kemarturiaan Gereja
Kita dipanggil oleh Tuhan Yesus secara individu maupun persekutuan untuk melaksanakan misi Tuhan di bumi ini. Yesus Kristus mati di kayu salib  – kita percaya Tuhan Allah datang ke dunia ini di dalam Anak-Nya Yesus Kristus yang telah mati untuk menyelamatkan kita dan dunia ini. Oleh sebab itu tugas pemberitaan/kesaksian (marturia)  itu harus dilakukan oleh persekutuan gereja baik individu maupun persekutuan masing-masing. Setiap orang sadar akan kemuridannya (discipleship) dalam perjalanan hidupnya. Sekali kita menyadari hal itu maka kita harus memiliki komitmen dan kesetiaan sebagai murid Yesus Kristus. Dengan kesadaran sedemikian persekutuan menjadi alat yang kuat untuk mengkominikasikan berita keselamatan Kristus.
Apakah yang harus disaksikan? Apa isi dari kesaksian iman kita? Kematian Yesus akibat keberdosaan manusia serta kemenangan-Nya sebagai proklamasi bahwa kita telah dibebaskan dan dimenangkan sebagai warga Kerajaan Allah. Karena Yesus hidup (dalam peristiwa Paskah yang sebentar lagi akan kita rayakan), maka segala sesuatu telah berubah, ada semangat baru, ada harapan baru, ada masa depan baru bagi dunia!
Dia yang memilih gereja (setiap orang percaya) sebagai saksi-Nya supaya gereja juga memuridkan yang lain menjadi murid Kristus. ”Akulah yang memilih kamu, dan Aku telah menetapkan kamu supaya kamu pergi dan menghasilkan buah” (Yohanes 15:16). Kesaksian yang membawa orang-orang kepada Kristus.
Apa yang Dapat Dilakukan Gereja Kita?
Kesaksian yang terbaik adalah dengan memperkenalkan kasih Kristus melalui hidup kita. Orang-orang selalu menghubungkan tugas bersaksi ini dengan Pemberitaan Injil (zending), tentu itu benar, walaupun bila penekanannya hanya sebatas itu akan menjadi pendangkalan dari makna kemarturiaan itu sendiri. Namun di sisi yang lain harus dipahami juga bahwa pewartaan itu bukan hanya sebatas hal yang verbal, tetapi lebih dari pada itu.
Seperti apa yang dilakukan oleh para missionaris, mereka juga menyatu dengan masyarakat dan menjadi teladan dalam sikap dan pemikiran. Mereka juga bergerak “di dalam”, ketika orang-orang telah menjadi warga gereja, kesaksian kepada mereka tetap dilakukan melalui gaya hidup para missionaris.
GPP, baik secara individu (pribadi) maupun persekutuan tentu saja dapat dan harus melakukan Tugas Kemarturiaan ini, dengan menyadari kemuridannya dan memuridkan orang lain untuk dengan benar mengenal Yesus. Tidak cukup lagi hanya membawa dan menjadi alat supaya orang-orang dibaptiskan, tetapi juga menjadikan iman orang lain menjadi bertumbuh, semakin lebih dewasa, “...bertumbuh di dalam segala hal ke arah Dia, Kristus, yang adalah Kepala” (Efesus 4:15). Sehingga kita dan gereja kita ini benar-benar menjadi berbuah.
Secara konkret ada beberapa hal yang dapat kita lakukan:
Multiplikasi, Pelipatgandaan. Sejak semula gereja GPP hadir dan terpanggil untuk menjawab kehausan umat yang merindukan berita dan pelayanan tentang Yesus, khususnya di daerah-daerah yang terpencil dan jauh dari jangkauan modernitas. Aspek ini telah kita lakukan, misalnya adanya jemaat GPP Jambu Dolok yang terisolir dari akses komunikasi dan transportasi, Pos PI Aceh-Singkil di Perbatasan NAD, GPP Rianiate di perbatasan kabupaten Tapanuli Tengah-Tapanuli Selatan, beberapa gereja GPP di Propinsi Riau, dan masih banyak daerah lainnya. Tentu semangat dari apa yang kita lakukan bukan hanya sebatas agar semakin banyak yang menjadi anggota gereja kita, tetapi supaya semakin banyak yang menerima dan merasakan kemenangan di dalam Kristus. Memenangkan jiwa-jiwa. Sehingga dengan ini, akan tetap menjadi fokus GPP untuk mencari dan terus mencari daerah di mana orang-orang harus dimenangkan melalui kehadiran gereja kita. Menembus setiap batas-batas.
Menjadikan Jemaat yang Missioner. Kini, sudah saatnya kita “keluar” dari lingkungan gedung gereja kita saja, namun membuka mata terhadap keberadaan gereja-gereja yang lain. Gereja yang hidup adalah gereja yang tidak hanya peduli terhadap dirinya sendiri, namun mampu melihat dan berkarya terhadap apa yang menjadi pergumulan yang lainnya. Bahkan bukan hanya sebatas gereja sebagai institusi, namun setiap pribadi terdorong untuk bermissi bagi kebaikan yang lainnya, karena setiap anggota jemaat adalah tubuh Kristus itu sendiri (1 Korintus 3:16; 6:19). Untuk hal ini beberapa gereja kita telah memulainya dan dapat dijadikan contoh yang baik, GPP Jemaat Khusus Karang Sari salah satunya. Menjadikan missi dan kepedulian sebagai gaya hidup Gereja dan Anggota Jemaat.
Mewujudkan kemarturian melalui persekutuan yang hangat di setiap gereja. Bukankah kesaksian yang paling berdampak sejak gereja ada di bumi ini adalah kehangatan persekutuan gereja itu sendiri, sehingga harumnya semerbak kepada siapapun yang melihatnya? Hal inilah yang pen-ting untuk selalu kita jaga dan pupuk di sepanjang waktu. Memupuk dengan meningkatkan kegiatan-kegiatan pemuridan di dalam gereja: Penelaahan Alkitab, Kunjungan Perorangan atau Kelompok, Pembentukan Komisi Sel, Retreat atau Ibadah Padang, Ibadah Lingkungan/Wiyk, Bible Camp, Sermon, Latihan Koor (pargurendean), dan lain sebagainya.  Bukankah itu semua adalah bunga yang membuat gereja kita menjadi eksis bersaksi dengan menyerbakkan keharuman demi kemuliaan Kristus?
Semua hal tersebut dapat dan harus kita terjemahkan di sepanjang tahun ini dalam program-program yang telah kita rumuskan atau yang akan dirumuskan di tingkat Pusat, Wilayah, Resort, ataupun Jemaat. Tidak perlu menunggu beberapa waktu lagi, sekaranglah saatnya.
Selamat Tahun Marturia 2014.
Tuhan Memberkati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar