Kamis, 27 Maret 2014

Ingatlah Kasih Setia Tuhan (Mazmur 66:1-7)



Pengantar
 Bagian pertama dari Mazmur 66 ini berisikan puji-pujian jemaat untuk memasyhurkan Allah karena Ia telah memimpin umat-Nya sampai mereka pulang dari pembuangan. Allah yang tetap setia akan perjanjian-Nya kepada umat yang telah dipilih-Nya. Kesetiaan Allah itu telah dirasakan dan dialami oleh pemazmur sebagai sesuatu yang hendak menyatakan kepadanya siapakah sesungguhnya Allah yang mereka sembah tersebut.
Setidaknya ada 3 (tiga) bagian yang patut kita renungkan dari perikop firman ini:
Pertama, siapakah Allah yang dikenal oleh pemazmur sehingga musuh pun harus menyembah-Nya? (ayat 1-4). Kedua, apa yang telah diperbuat Allah terhadap umat-Nya, dan bagaimana menyaksikan perbuatan Allah tersebut? (ayat 5-6). Dan yang ketiga, bagaimana kuasa Allah terhadap dunia keseluruhan (ayat 7).

Analisa dan Tafsiran
Ayat 1-4 : Pada umumnya menurut banyak sarjana, agaknya Mazmur ini berasal dari zaman sesudah pembuangan, ketika Bait Suci yang kedua (yang dibangun oleh Ezra dan Nehemia) telah selesai. Kata Bersorak-sorai (Ibrani: ru, Latin: Jubilate) sering dipakai oleh orang Ibrani, apakah itu dalam penggunaan negatif (misalnya dalam teriakan menyoraki “maling”) ataupun dalam hal yang positif (misalnya teriakan tentara yang akan bertempur, atau menyambut kedatangan raja) adalah suara lantang yang diungkapkan dengan sepenuh hati, tidak setengah-setengah. Dengan cara yang seperti itulah Allah diperkenalkan oleh pemazmur sebagai Allah Yang Maha Kuasa, yang telah menunjukkan banyak sekali karya dan pekerjaan-Nya, yang menghadirkan kekuatan yang besar sehingga musuh pun menjadi tunduk di bawah kuasa-Nya. Siapapun tokoh atau pun bangsa yang mencoba untuk memusuhi Allah (Israel), mereka akan mengaku kalah dan tunduk mengaku Dia-lah yang menang (bnd. Mazmur 2:10-12), bahkan seluruh bumi sujud dan memuji nama Allah (ayat 4).

           Dalam upacara sesudah kemenangan di Timur tengah kuno, musuh yang dikalahkan haruslah mempertuankan pemenang di depan umum. Tetapi ajakan pemazmur untuk memuliakan Allah di sini bukanlah dengan paksaan, tetapi karena kemuliaan memang merupakan hakikat Allah itu sendiri. Kemuliaan bukan milik kita, namun hanya milik Allah semata. Allah yang telah memelihara dan menunjukkan perbuatan-perbuatan yang ajaib untuk menyelamatkan umat-Nya.   
         Pemazmur mengajak setiap bangsa (seluruh bumi) untuk turut serta memuji Allah. Jerome (penerjemah Alkitab ke dalam bahasa Latin, Vulgata) pernah mengatakan,”confession of sin is praise of God” (memuji Allah adalah dengan mengakui dosa kita), tentu hal ini benar adanya dan merupakan langkah awal kerendahan hati kita untuk bertemu dengan Allah. Namun pemazmur dalam bagian ini mengajak kita untuk bertindak lebih dari itu, tidak cukup hanya mengakui dosa, tetapi bangsa/umat yang memuji Allah adalah mereka yang juga mau dan mampu “mendaftarkan” setiap perbuatan keagungan Allah dalam pengalaman hidup mereka.
 Ayat 5-6 : Dalam konteks sesudah pembuangan, ketika mereka telah kembali ke tanah Palestina (walaupun belum bisa dikatakan benar-benar merdeka, karena mereka adalah negara boneka Persia), pemazmur kembali mengajak umat untuk mengingat kembali setiap perbuatan-perbuatan Allah kepada nenek moyang mereka pada masa awal pembentukan mereka menjadi umat pilihan Allah. Tidak jarang bahwa kemustahilan telah dimungkinkan menjadi sesuatu nyata oleh kedahsyatan kuasa Allah. Allah yang telah menebus umat Israel dari tanah perbudakan di Mesir, mengiring mereka dengan setia sepanjang di perjalanan. Memori mereka teringat kepada suatu peristiwa yang maha adikodrati, ketika Allah menyelamatkan mereka dari kejaran Firaun dan bala tentaranya. Allah mengeringkan Laut Merah (Teberau), dan membiarkan nenek moyang mereka berjalan menyeberanginya sehingga mereka selamat (lihat Keluaran 14:15-31). Sehingga dapatlah juga dikatakan bahwa hal ini merupakan janji dan perwujudan dari pemeliharaan Allah (Latin: Providentia Dei) terhadap setiap umat Allah. Ketika Allah telah memutuskan untuk memilih, maka Ia akan dengan setia memelihara umat-Nya.
 Ayat 7     : Tentu saja masih ada ruang bagi ketidaksempurnaan, penderitaan (pemberontak-pemberontak) di dalam dunia ini. Tetapi itu semua tidaklah lebih besar dan kuat dari kuasa Allah. Karena Allah yang tak berujung itu memerintah bukan semata hanya kepada umat Allah (Ibrani: Am Yahweh) tetapi Ia adalah juga Allah yang menjadi Raja (yang mengawasi) seluruh bangsa-bangsa (Ibrani: Goyim) di bumi ini.
       Apakah implikasi teologis yang kita dapatkan dari hal ini? Yang pertama adalah, Allah memperbolehkan ketidaksempurnaan (pemberontak-pemberontak) tetap ada di sekitar kita, namun kuasa-Nya yang tak tertandingi itu tetap memelihara umat yang dikasihi-Nya. Biarpun ada pemberontak, penderitaan, dan sebagainya, yang meniadakan kemerdekaan kita dan bahkan menindas, maka Allah mengawasi dan membatasi mereka untuk akhirnya mengalahkan mereka. Yang kedua, Kerajaan Allah itu adalah Kerajaan yang sifatnya Partikularis-Universal. Ia memimpin dan memilih suatu bangsa, tetapi Ia juga menjadi Allah bagi setiap bangsa-bangsa.
 
Permenungan  
Kehidupan dengan segala aktivitasnya senantiasa menyita waktu kita, dari bangun tidur sampai kita kembali untuk beristirahat, dari pagi hari sampai malam hari, ada 24 jam yang diberikan Tuhan bagi kita dalam sehari. Namun pertanyaannya adalah: berapa waktu yang kita berikan untuk Tuhan? Apakah Tuhan masih bagian yang prioritas dalam setiap waktu yang diberikan-Nya itu?
Pemazmur selalu mengajak kita untuk bertelut, bertemu dengan-Nya dalam ibadah ataupun meditasi yang dapat selalu menghubungkan kita dengan hati-Nya, sehingga kita dapat mengerti tentang kehendak-Nya.
Jubilate dalam ibadah dan hidup, adalah ungkapan dasar hati atas kesiumanan kita bahwasanya tidak satupun di antara kita dapat ada di sini bila bukan Allah dengan segala pekerjaan-Nya yang berkenan memelihara hidup kita.
Jubilate adalah sukacita atas setiap memori dari ingatan-ingatan kita terhadap apa yang telah Allah perbuat bagi para pendahulu, keluarga, diri, dan gereja kita.
Jubilate adalah pengakuan yang lantang atas pemeliharaan Allah yang selalu berkesinambungan dari setiap zaman, tahun, bulan, dan waktu, karena Allah tetap dan selalu mengingat janji pemeliharaan kepada umat yang telah dipilih-Nya.
 Jubilate dalam dimensi universal adalah pujian bangsa-bangsa bahwa Allah telah dan tetap berkenan untuk memerintah, mengawasi dan menjadi Raja atas seluruh bumi, sehingga keadilan dan kesejahteraan bukanlah lagi merupakan suatu negeri impian semata.

Selamat Minggu Jubilate, Tuhan memberkati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar