1. Nas kita Minggu ini menjalin dua
kisah yang berbeda, namun tentunya saling berkaitan. Markus 6:30-34 merupakan
bagian awal sebagai “persiapan” kisah pemberian makan lima ribu orang (tentu
peristiwa ini sangatlah terkenal bagi kita) di mana Yesus dan murid-murid
beristirahat, serta Markus 6:53-56 tentang karya penyembuhan Yesus di
Genesaret. Dua peristiwa nas ini mengapit dua peristiwa penting lain yang
disunting oleh Markus: yang pertama, seperti yang telah disebutkan, pemberian
makan lima ribu orang (35-44), dan yang kedua yaitu kisah ajaib Yesus berjalan
di atas air (45-52). Bila keempat peristiwa ini diurutkan dengan maknanya maka:
Yesus dan murid beristirahat (persiapan pelayanan), Yesus memberi makan lima
ribu orang (pemenuhan kebutuhan pokok), Yesus berjalan di atas air (kemenangan
atas kuasa dunia), dan penyembuhan orang sakit (kemenangan atas
ketidakberdayaan manusia). Bukankah keempatnya merupakan segala suatu yang
selalu kita butuhkan dalam pergumulan di bumi ini?
2. Markus 6:30-34. Murid-murid (para rasul)
kembali dari perjalanan mereka, memberikan laporan kepada Yesus tentang segala
sesuatu yang telah mereka lakukan dan yang telah mereka ajarkan (ayat 30).
Tetapi tidak ada laporan yang memuat semua pekerjaan mereka, atau jumlah orang
yang mendengar Injil lalu percaya ataupun jumlah orang yang mereka sembuhkan.
Kebiasaan ini lain sekali dengan kebiasaan orang Kristen pada masa kini. Dalam
laporan para rasul, jarang sekali disebutkan jumlah hasil pekerjaan mereka,
yang terpenting ialah bahwa mereka telah melakukan kehendak Tuhan dan hasilnya
terserah kepada Roh Kudus, tidak ada alasan bermegah diri. Perhatian para rasul
tertuju kepada Guru mereka, bukan kepada diri mereka sendiri!
Akan tetapi, setelah para rasul
kembali, Guru mereka memberikan perhatian kepada setiap hamba-Nya, Ia memberi
waktu istirahat kepada para rasul (ayat 31-32). Masa istirahat ini penting, ia
bukanlah tujuan melainkan sarana. Istirahat adalah waktu yang baik sebagai tahap
evaluasi dan reorientasi pelayanan, serta yang terpenting yaitu memberi waktu
bersekutu dengan Sang Guru Agung, Tuhan Yesus. Banyak pelayan melupakannya,
terlalu sibuk dengan pelayanan namun hal sangat minim bersekutu dengan Yesus.
Lokasi istirahat Yesus dan para murid
juga ternyata terjangkau oleh orang banyak, dapat dilihat dari bagaimana orang
banyak itu pun tak begitu lama dapat menemui mereka (ayat 33). Bila ada pejabat
gereja yang mengaku pelayan tetapi hanya untuk menemui atau menghubunginya saja
anggota jemaatnya sangat teramat sulit, baiklah dengan rendah hati ia mau
merenungkan ayat ini.
Sesudah Yesus mendarat, Ia melihat
sejumlah besar orang (ayat 34). Mereka bagaikan sekawanan domba yang menunggu,
“seperti domba-domba yang tidak memunyai gembala”! Ia tidak marah atau
menyingkir karena keletihan yang masih menghinggapi tubuh-Nya, sebaliknya
“tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan...” Maka Ia memberikan domba-domba itu
apa yang mereka perlukan, yakni pengembalaan lewat pengajaran-Nya.
Dalam bahasa aslinya, “belas kasihan”
adalah kata yang dalam artinya. Kata itu mengandung arti, bahwa tidak saja Ia
merasa sayang kepada mereka, tetapi juga hati-Nya dipengaruhi langsung oleh
kehendak-Nya supaya memberikan pertolongan kepada orang yang memerlukan Dia.
Belas kasihan bukan hanya tentang pergerakan perasaan, namun kehendak kita juga
digerakkan olehnya!
3. Markus 6:53-56. Peristiwa ini
terjadi di Genesaret. Genesaret adalah daratan di sepanjang pantai di sebelah
selatan Kapernaum. Penduduk kota ini agaknya sudah mengenal Yesus. Mengagumkan
sekali yang dilukiskan dalam ayat 55 dan 56, di situ tidak ada hal kurang iman
terhadap kuasa Yesus untuk menyembuhkan orang-orang sakit sehingga mereka
berlari-lari membawa siapa yang sakit kepada-Nya. Mereka memohon kepada Yesus
supaya diperbolehkan menjamah jubah-Nya saja (mungkin sekali ini adalah hasil
kesaksian perempuan yang sakit pendarahan yang sembuh hanya dengan menjamah
jubah Yesus, lihat Markus 5:25-34). Satu hal yang pasti, “...semua orang yang
menjamah-Nya menjadi sembuh.”
Kalimat ini menjadi teguran yang
relevan bagi orang Kristen masa kini. Lihatlah apa yang dikatakan nas, bahwa
mereka dengan iman yang kuat menyampaikan pergumulannya hanya kepada Yesus,
mereka berlari menghampiri-Nya. Tetapi yang kita lihat pada kehidupan umat
Kristen sekarang, tidak jarang Yesus menjadi pilihan kesekian setelah segala
aktifitas rutin dan yang lainnya. Bukan Yesus lagi yang menjadi tempat
pengaduan terbaik bagi kita.
4. Apa yang dilakukan oleh Yesus dalam
kedua perikop ini sesungguhnya adalah sesuatu yang luar biasa di tengah suhu
politis yang sedang mengancam. Baik Injil Markus maupun Matius
telah memberitahukan bahwa Raja Herodes,
pembunuh Yohanes Pembaptis, kini mengincar Yesus. Herodes merasa popularitasnya
terancam oleh banyaknya pengikut Yesus. Sehingga dengan kembalinya Yesus ke
wilayah kekuasaan Herodes menunjukkan sikap “tidak takut”. Ia hadir bukan untuk
menentang raja, namun untuk memulihkan Israel. Mewartakan bahwa keselamatan
telah hadir di tengah-tengah mereka, menegaskan bahwa pemulihan bangsa telah
dimulai melalui Diri, pengajaran, dan belas kasihan-Nya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar