1. Salah
satu kisah nabi yang menarik dicermati di dalam Perjanjian Lama, Yeremia. Mulai
dari latar belakang silsilah hidupnya, yang diduga adalah keturunan imam yang
pernah dibuang dahulu oleh Raja Salomo, tentang pemanggilannya, tentang
pergumulannya, dan yang terpenting tentang pemberitaannya. Tidak ada nabi yang
memiliki intensitas yang lebih dalam hal pengecaman dibanding Yeremia. Dengan
tegas Yeremia (atau dengan perwakilan Barukh, juru tulis Yeremia) berani
berdiri berhadap-hadapan terhadap penguasa dan imam formal, walau nyawa menjadi
taruhan. Kecaman itu pula yang membuatnya tidak populer di kalangan istana, sampai-sampai
pernah Raja Yoyakim merampas tulisan (berisi ucapan Yeremia) dari Barukh dan
membakarnya.
2. Kejadian terakhir di atas terjadi karena
Yeremia diangap tidak nasionalis. Pada tahun 601 sM Yoyakim memberontak melawan
Babel, sedangkan Yeremia sesuai dengan nubuatannya sebelumnya menganjurkan
untuk menyerah total kepada kekuatan Babel. Puncaknya pada pasal 28, ketika
nabi lain, khususnya Hananya, menu-buatkan kelepasan Yehuda dalam dua tahun,
Yeremia mengatakan bahwa pengharapan nasionalistis semacam itu adalah omong
kosong (lihat 28:12-17), Israel harus ditakluk, dan hal itu menjadi kenyataan
tak lama setelah itu. Demikian pula Raja
selanjutnya yang bernama Zedekia, paman Yoyakim yang diangkat oleh Babel,
ternyata juga tidak memberikan perhatian yang semestinya kepada ucapan-ucapan
Yeremia.
3. Ketika
kecaman bertubi-tubi dinubuatkan Yeremia, sisi yang menarik lainnya dari kitab
ini adalah bahwa pengharapan tetap dikuman-dangkan: pada waktunya nanti Allah juga
yang memulihkan. Yeremia menjelaskan bahwa berbeda dengan yang dikatakan oleh
Hananya dan nabi-nabi lain, keselamatan itu bukan kembali pada situasi semata, tergantung
pada rencana Allah. Pengharapan bangsa Israel (Yehuda) harus berdasar pada
kebaikan, kesetiaan, dan keadilan Allah. Bukan rencana manusia, melainkan
rencana Allah akan membawa terang dalam situasi gelap saat itu.
4.
Nas ini merupakan bagian penting dalam tema Pengharapan Mesianis Perjanjian
Lama (khususnya kata Tunas adil, lihat ayat 5). Penting dicatat, pola
Pengharapan Mesianis ini berkem-bang sesuai pergumulan setiap zamannya. Yere-mia
dalam ayat 3 tidak menubuatkan kelahiran seorang Raja atau apapun itu, namun
yang pasti adalah karya Allah yang akhirnya akan hadir di tengah-tengah
umat-Nya. Allah akan mengumpul-kan domba-domba yang tersebar dan mengemba-likan
mereka ke padang rumput, suatu cara bicara simbolis yang baik mengenai
kembalinya mereka dari pembuangan di Babel itu. Tidak diberitahu seberapa lama
mereka akan berada di pem-buangan sana, namun mereka akan dikembalikan pada
waktunya nanti. Bukan pula manusia dan kekuatan lain yang melakukan, tetapi Allah
yang memulihkan!
5. Jaminan kehidupan dan masa depan
(ayat 4). Setelah ayat 3 diakhiri dengan kalimat: mereka akan berkembang biak
dan bertambah banyak (bandingkan dengan tugas prokreasi pada masa penciptaan
yang diulang kembali di sini, Kejadian 1:28), Allah menjamin tentang kelangsungan
mereka sebagai sebuah bangsa yang berdaulat dan merdeka, kehidupan dan masa
depan. Allah akan mengangkat perwakilan-Nya di antara bang-sa pilihan-Nya untuk
perwujudan suatu masyara-kat yang beradab. Janji ini mungkin bagi banyak
pendengarnya ketika itu adalah sebuah kenaifan semata, tapi sejarah Israel
menunjukkan bahwa pada waktunya (setelah 70 tahun penantian) memang Isarel
dipulihkan dengan kembali ke tanah nenek moyang mereka.
6. Apa
yang dilakukan oleh kebanyakan orang sepanjang sejarah manusia selalu berporos
pada kekuatan-kekuatan yang ada. Sebagian kepada kepala perusahaan, sebagian
lagi kepada pengua-sa wilayah, penentu kebijakan, atasan, pemilik modal, dan
seterusnya. Jamak sekali kita meng-gantungkan segalanya kepada mereka. Di sisi
yang lain, ketidaksensitifan hati terhadap suara kenabi-an juga sering membuat
kita menuju ke fase hilang pengharapan. Masuk akal memang, karena kondisi
ekonomi, politik, dan lainnya juga semakin menghimpit akhir-akhir ini. Tetapi
bukankah dengan itu semuanya telah membuktikan dengan baik bahwa “dunia”
bukanlah tempat yang tepat untuk menggantungkan harapan dan masa depan kita?
Bukankah kekuatan apapun di sekitar kita tidak dapat menjadi jaminan akan
kehidupan dan masa depan? Siapapun penguasanya, sudah terlalu sering kita
dikecewakan. Oleh karenanya, hanya ada satu jawaban iman yang membuat kita
masih bisa tersenyum dan tegak berdiri dari keadaan kita di hari ini: akhirnya
nanti, Allah Yang Memulihkan!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar