T
|
elah lahir Sang “Mesias” di Kota Daud, demikian kita sering mendengarnya terlebih
ketika merayakan Natal. Para penulis Injil dan Kitab lain di Perjanjian Baru
mengatakan dengan lantang bahwa Yesus yang lahir di Bethlehem itu adalah Sang
Mesias, apakah sebenarnya maknanya? Berikut ini penjelasan sederhana bagi kita.
Kata “Mesias” diambil dari bahasa Aram “mesyiha” (Ibrani: masyiah)
yang memiliki arti “yang diurapi”. Diterjemahkan dalam bahasa Yunani “ho Kristos” atau diindonesiakan menjadi
Kristus.
Pada awalnya kata Mesias ini digunakan hanya bagi Raja yang berkuasa di
Kerajaan Israel Raya, tentu terutama ditujukan bagi Daud (dan Salomo), Daud
dianggap Mesias karena mampu membawa Israel menjadi negara yang adi daya
sekaligus mendatangkan damai sejahtera bagi rakyatnya. Tetapi seiring jalannya
waktu, di kemudian hari pengertian kata Mesias tersebut berkembang dan kemudian
ditujukan kepada tokoh-tokoh yang berbeda, sesuai dengan pergumulan umat pada
zamannya.
Ungkapan Mesias selanjutnya pernah ditujukan bagi pengharapan bangsa Israel
akan lahirnya raja yang adil untuk menggantikan raja lalim/kejam yang sedang
berkuasa. Pernah pula istilah ini ditujukan untuk menantikan kembalinya dinasti
Daud yang bangkit kembali memerintah Israel. Di lain waktu bahkan ditujukan
bagi Raja Koresy, Raja bangsa Persia, yang dengan dekritnya mengizinkan bangsa Israel
pulang dari Pembuangan Babel ke Yerusalem di bawah pimpinan Ezra dan Nehemia.
Akhirnya setelah sekian lama mengalami pengayaan makna, kata Mesias ini
lebih digunakan atas pengharapan Israel untuk Raja Keselamatan yang dipercaya
akan datang, dan hal ini muncul dengan kuat pada pewartaan para nabi, khususnya
nabi-nabi pada masa dan setelah Pembuangan Babel. Mesias yang diharapkan
tersebut dinubuatkan sebagai keturunan Raja Daud, yang telah dikumandangkan
oleh Nabi Natan pada waktu terdahulu dalam 2 Samuel 7:16, “Keluarga dan
kerajaanmu akan kokoh untuk selama-lamanya di hadapan-Ku, takhtamu akan kokoh
selama-lamanya.” Dan hal inilah mungkin sebagai penjelasan yang membuat kita
mengerti mengapa para Majus walau tahu bahwa letak Bintang Timur itu berada di
belahan lain tetapi mereka tetap memaksakan diri mengarah ke Istana Herodes,
tentu mereka telanjur berpikir bahwa Mesias yang lahir tersebut adalah seorang
pangeran istana!
Raja Herodes yang diangkat oleh kekaisaran Romawi untuk berkuasa di Yudea
ternyata juga mengetahui tentang pengharapan Mesianis Israel ini. Dia berusaha
dengan cermat mencari tahu tentang keberadaan Mesias ini dengan cara mengumpulkan
para imam kepala dan ahli Taurat bangsa Yahudi (Matius 2:4). Dengan kepura-puraan pula Herodes meminta kepada orang Majus supaya
mereka lebih cepat berangkat mencari serta menemui Sang Mesias, lalu
memberitahukan keberadaannya kepada dia, supaya ia juga juga turut menyembah
Sang Mesias tersebut (Matius 2:7,8).
Tetapi
begitu Herodes tahu bahwa ia telah diperdaya oleh orang-orang Majus, ia
sangat murka. Lalu dengan sangat emosional Herodes memerintahkan membunuh semua anak
di Betlehem dan sekitarnya, yaitu anak-anak yang berumur dua tahun ke bawah
(Matius 2:16), tentu dengan harapan dapat menghabisi bayi Yesus, Sang Mesias.
Untuk hal ini seharusnya Raja Herodes tidaklah perlu berlebihan seperti itu,
sampai ia mengorbankan banyak nyawa, seandainya saja Herodes tahu bahwa
kerajaan Sang Mesias yang lahir itu tidak sama dengan dirinya, kerajaan Sang
Mesias bukanlah dari dunia ini (Yohanes 18:36)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar