Sabtu, 28 November 2015

MESIAS



T
elah lahir Sang “Mesias” di Kota Daud, demikian kita sering mendengarnya terlebih ketika merayakan Natal. Para penulis Injil dan Kitab lain di Perjanjian Baru mengatakan dengan lantang bahwa Yesus yang lahir di Bethlehem itu adalah Sang Mesias, apakah sebenarnya maknanya? Berikut ini penjelasan sederhana bagi kita.
Kata “Mesias” diambil dari bahasa Aram “mesyiha” (Ibrani: masyiah) yang memiliki arti “yang diurapi”. Diterjemahkan dalam bahasa Yunani “ho Kristos” atau diindonesiakan menjadi Kristus.
Pada awalnya kata Mesias ini digunakan hanya bagi Raja yang berkuasa di Kerajaan Israel Raya, tentu terutama ditujukan bagi Daud (dan Salomo), Daud dianggap Mesias karena mampu membawa Israel menjadi negara yang adi daya sekaligus mendatangkan damai sejahtera bagi rakyatnya. Tetapi seiring jalannya waktu, di kemudian hari pengertian kata Mesias tersebut berkembang dan kemudian ditujukan kepada tokoh-tokoh yang berbeda, sesuai dengan pergumulan umat pada zamannya.

Ungkapan Mesias selanjutnya pernah ditujukan bagi pengharapan bangsa Israel akan lahirnya raja yang adil untuk menggantikan raja lalim/kejam yang sedang berkuasa. Pernah pula istilah ini ditujukan untuk menantikan kembalinya dinasti Daud yang bangkit kembali memerintah Israel. Di lain waktu bahkan ditujukan bagi Raja Koresy, Raja bangsa Persia, yang dengan dekritnya mengizinkan bangsa Israel pulang dari Pembuangan Babel ke Yerusalem di bawah pimpinan Ezra dan Nehemia.
Akhirnya setelah sekian lama mengalami pengayaan makna, kata Mesias ini lebih digunakan atas pengharapan Israel untuk Raja Keselamatan yang dipercaya akan datang, dan hal ini muncul dengan kuat pada pewartaan para nabi, khususnya nabi-nabi pada masa dan setelah Pembuangan Babel. Mesias yang diharapkan tersebut dinubuatkan sebagai keturunan Raja Daud, yang telah dikumandangkan oleh Nabi Natan pada waktu terdahulu dalam 2 Samuel 7:16, “Keluarga dan kerajaanmu akan kokoh untuk selama-lamanya di hadapan-Ku, takhtamu akan kokoh selama-lamanya.” Dan hal inilah mungkin sebagai penjelasan yang membuat kita mengerti mengapa para Majus walau tahu bahwa letak Bintang Timur itu berada di belahan lain tetapi mereka tetap memaksakan diri mengarah ke Istana Herodes, tentu mereka telanjur berpikir bahwa Mesias yang lahir tersebut adalah seorang pangeran istana!
Raja Herodes yang diangkat oleh kekaisaran Romawi untuk berkuasa di Yudea ternyata juga mengetahui tentang pengharapan Mesianis Israel ini. Dia berusaha dengan cermat mencari tahu tentang keberadaan Mesias ini dengan cara mengumpulkan para imam kepala dan ahli Taurat bangsa Yahudi (Matius 2:4). Dengan kepura-puraan pula Herodes meminta kepada orang Majus supaya mereka lebih cepat berangkat mencari serta menemui Sang Mesias, lalu memberitahukan keberadaannya kepada dia, supaya ia juga juga turut menyembah Sang Mesias tersebut (Matius 2:7,8).
Tetapi begitu Herodes tahu bahwa ia telah diperdaya oleh orang-orang Majus, ia sangat murka. Lalu dengan sangat emosional Herodes memerintahkan membunuh semua anak di Betlehem dan sekitarnya, yaitu anak-anak yang berumur dua tahun ke bawah (Matius 2:16), tentu dengan harapan dapat menghabisi bayi Yesus, Sang Mesias. Untuk hal ini seharusnya Raja Herodes tidaklah perlu berlebihan seperti itu, sampai ia mengorbankan banyak nyawa, seandainya saja Herodes tahu bahwa kerajaan Sang Mesias yang lahir itu tidak sama dengan dirinya, kerajaan Sang Mesias bukanlah dari dunia ini (Yohanes 18:36)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar