Selasa, 30 Juni 2015

ALLAH YANG MEMULIHKAN (Yeremia 23:3-4)



1. Salah satu kisah nabi yang menarik dicermati di dalam Perjanjian Lama, Yeremia. Mulai dari latar belakang silsilah hidupnya, yang diduga adalah keturunan imam yang pernah dibuang dahulu oleh Raja Salomo, tentang pemanggilannya, tentang pergumulannya, dan yang terpenting tentang pemberitaannya. Tidak ada nabi yang memiliki intensitas yang lebih dalam hal pengecaman dibanding Yeremia. Dengan tegas Yeremia (atau dengan perwakilan Barukh, juru tulis Yeremia) berani berdiri berhadap-hadapan terhadap penguasa dan imam formal, walau nyawa menjadi taruhan. Kecaman itu pula yang membuatnya tidak populer di kalangan istana, sampai-sampai pernah Raja Yoyakim merampas tulisan (berisi ucapan Yeremia) dari Barukh dan membakarnya.
2.  Kejadian terakhir di atas terjadi karena Yeremia diangap tidak nasionalis. Pada tahun 601 sM Yoyakim memberontak melawan Babel, sedangkan Yeremia sesuai dengan nubuatannya sebelumnya menganjurkan untuk menyerah total kepada kekuatan Babel. Puncaknya pada pasal 28, ketika nabi lain, khususnya Hananya, menu-buatkan kelepasan Yehuda dalam dua tahun, Yeremia mengatakan bahwa pengharapan nasionalistis semacam itu adalah omong kosong (lihat 28:12-17), Israel harus ditakluk, dan hal itu menjadi kenyataan tak lama setelah itu.  Demikian pula Raja selanjutnya yang bernama Zedekia, paman Yoyakim yang diangkat oleh Babel, ternyata juga tidak memberikan perhatian yang semestinya kepada ucapan-ucapan Yeremia.

3. Ketika kecaman bertubi-tubi dinubuatkan Yeremia, sisi yang menarik lainnya dari kitab ini adalah bahwa pengharapan tetap dikuman-dangkan: pada waktunya nanti Allah juga yang memulihkan. Yeremia menjelaskan bahwa berbeda dengan yang dikatakan oleh Hananya dan nabi-nabi lain, keselamatan itu bukan kembali pada situasi semata, tergantung pada rencana Allah. Pengharapan bangsa Israel (Yehuda) harus berdasar pada kebaikan, kesetiaan, dan keadilan Allah. Bukan rencana manusia, melainkan rencana Allah akan membawa terang dalam situasi gelap saat itu.
4. Nas ini merupakan bagian penting dalam tema Pengharapan Mesianis Perjanjian Lama (khususnya kata Tunas adil, lihat ayat 5). Penting dicatat, pola Pengharapan Mesianis ini berkem-bang sesuai pergumulan setiap zamannya. Yere-mia dalam ayat 3 tidak menubuatkan kelahiran seorang Raja atau apapun itu, namun yang pasti adalah karya Allah yang akhirnya akan hadir di tengah-tengah umat-Nya. Allah akan mengumpul-kan domba-domba yang tersebar dan mengemba-likan mereka ke padang rumput, suatu cara bicara simbolis yang baik mengenai kembalinya mereka dari pembuangan di Babel itu. Tidak diberitahu seberapa lama mereka akan berada di pem-buangan sana, namun mereka akan dikembalikan pada waktunya nanti. Bukan pula manusia dan kekuatan lain yang melakukan, tetapi Allah yang memulihkan!
5. Jaminan kehidupan dan masa depan (ayat 4). Setelah ayat 3 diakhiri dengan kalimat: mereka akan berkembang biak dan bertambah banyak (bandingkan dengan tugas prokreasi pada masa penciptaan yang diulang kembali di sini, Kejadian 1:28), Allah menjamin tentang kelangsungan mereka sebagai sebuah bangsa yang berdaulat dan merdeka, kehidupan dan masa depan. Allah akan mengangkat perwakilan-Nya di antara bang-sa pilihan-Nya untuk perwujudan suatu masyara-kat yang beradab. Janji ini mungkin bagi banyak pendengarnya ketika itu adalah sebuah kenaifan semata, tapi sejarah Israel menunjukkan bahwa pada waktunya (setelah 70 tahun penantian) memang Isarel dipulihkan dengan kembali ke tanah nenek moyang mereka.
6. Apa yang dilakukan oleh kebanyakan orang sepanjang sejarah manusia selalu berporos pada kekuatan-kekuatan yang ada. Sebagian kepada kepala perusahaan, sebagian lagi kepada pengua-sa wilayah, penentu kebijakan, atasan, pemilik modal, dan seterusnya. Jamak sekali kita meng-gantungkan segalanya kepada mereka. Di sisi yang lain, ketidaksensitifan hati terhadap suara kenabi-an juga sering membuat kita menuju ke fase hilang pengharapan. Masuk akal memang, karena kondisi ekonomi, politik, dan lainnya juga semakin menghimpit akhir-akhir ini. Tetapi bukankah dengan itu semuanya telah membuktikan dengan baik bahwa “dunia” bukanlah tempat yang tepat untuk menggantungkan harapan dan masa depan kita? Bukankah kekuatan apapun di sekitar kita tidak dapat menjadi jaminan akan kehidupan dan masa depan? Siapapun penguasanya, sudah terlalu sering kita dikecewakan. Oleh karenanya, hanya ada satu jawaban iman yang membuat kita masih bisa tersenyum dan tegak berdiri dari keadaan kita di hari ini: akhirnya nanti, Allah Yang Memulihkan!   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar