Jumat, 20 Februari 2015

Paskah Yahudi dan Paskah Kristen



P
askah sudah dirayakan sebelum zaman Tuhan Yesus. Mungkin Anda merasa heran. Bagaimana mungkin merayakan kebangkitan Yesus, padahal Yesus sendiri – jangankan bangkit – lahir sajapun belum? Soalnya di sini ada dua macam perayaan yang berbeda, dengan nama yang sama. Ada Paskah sebagai perayaan kebangkitan Yesus. Ada pula Paskah sebagai perayaan pembebasan bangsa Israel dari Mesir. Asal usulnya diceritakan di Keluaran 12 dan untuk mudahnya perayaan itu kita sebut Paskah Yahudi.
Paskah Yahudi (Ibrani: Pesakh, artinya berlalu atau melewati) timbul pada malam terakhir sebelum umat itu di bebaskan dari Mesir. Sebagai hukuman Allah atas Firaun, pada malam itu anak-anak sulung orang Mesir akan dibunuh, tetapi keluarga keluarga Israel akan diluputkan. Untuk itu tiap keluarga Israel diminta menyembelih seekor anak domba. Beberapa tetes darah domba itu haruslah dibubuhkan pada tiang dan ambang atas pintu, selaku tanda bahwa hukuman Allah tidak akan ber-laku atas rumah itu, melainkan akan melewatinya.
Pada malam itu, orang israel diminta memakan daging domba tadi yang dipanggang, dengan roti tanpa ragi dan dengan kuah pahit. Semua itu dilakukan sambil berdiri, dengan berikat pinggang, berkasut dan memegang tongkat, sebagai tanda kesiagaan untuk berangkat.
Peristiwa yang bersejarah itu kemudian dirayakan setiap tahun. Tata cara yang lazim dan yang hingga kini masih berlaku adalah kira-kira seperti yang dicatat dibawah ini:

Kepala keluarga mengucapkan puji-pujian lalu me-ngedarkan cawan anggur. Makanan kecil dihi-dangkan sebagai sajian pendahuluan. Kemudian cawan anggur yang kedua diedarkan. Lalu seorang anak laki- laki harus bertanya, “Apa artinya semua acara ini?’’ Kepala Keluarga menjawab dengan membacakan Kitab Ulangan 26:5-11.
Pembacaan itu disambut dengan menyanyikan salah satu Mazmur Halel (yaitu Mazmur 113 s/d 118). Biasanya dimulai dengan Mazmur 113 :
‘’Siapakah seperti Tuhan, Allah kita,
Yang diam di tempat yang tinggi,
Yang merendahkan diri untuk melihat
Ke langit dan ke bumi ?
Ia menegakkan orang yang hina dari dalam debu
Dan mengangkat orang yang miskin dari dalam lumpur.’’
Sesudah itu kepala keluarga membagikan roti yang tidak beragi, daging anak domba dan kuah pahit. Lalu untuk ketiga kalinya cawan anggur diedarkan.
Setelah semua selesai makan, mereka menyanyikan bagian kedua dari Mazmur-mazmur Halel. Biasanya nyanyian-nyanyian itu diakhiri dengan mengulangi beberapa ayat yang tertentu, misalnya:
‘’Aku tidak akan mati, tetapi hidup,
Dan aku akan menceritakan perbuatan-perbuatan TUHAN.
Batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan telah menjadi batu penjuru.
Hal itu terjadi dari pihak TUHAN, suatu perbuatan ajaib di mata kita.
Inilah hari yang dijadikan TUHAN, marilah kita bersorak=sorak dan  bersukacita karenanya !’’
Perayaan itu di akhiri dengan cawan anggur keempat sebagai cawan perpisahaan. Perjamuan Paskah Yahudi seperti itulah yang dirayakan Yesus bersama para murid sebagaimana yang dicatat di Lukas 22.
Di atas tadi dikatakan bahwa Paskah Yahudi berbeda dengan Paskah Kristen. Memang jelas berbeda. Tetapi jika kita memerhatikan jiwa Perayaan Paskah Yahudi, lebih-lebih dari mazmur-mazmur yang mereka nyanyikan, di situ pun tampak kesesejajaran dengan Paskah Kristen.
Sebab perayaan Paskah Yahudi pun dihayati sebagai perayaan pembangkitan dari kematian. Mereka merayakan peristiwa pembebasan dari Mesir dan penyeberangan di Laut Merah. Bagi mereka, Mesir adalah lambang penindasan dan Laut Merah adalah lambang kematian.
Pada hari raya Pesakh mereka merayakan kebangkitan. Yaitu kebangkitan dari penindasan dan kematian. Bangkit bukan karena kekuatan sendiri tetapi karena Allah membangkitkan.
Demikian pula, Paskah Kristen adalah perayaan kemenangan kuasa Allah atas penindasan dan kematian akibat keberdosaan manusia. Allah yang bertindak!
Sumber: dikutip dari buku Selamat Paskah
(Andar Ismail)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar