P
|
askah sudah
dirayakan sebelum zaman Tuhan Yesus. Mungkin Anda merasa heran. Bagaimana
mungkin merayakan kebangkitan Yesus, padahal Yesus sendiri – jangankan bangkit
– lahir sajapun belum? Soalnya di sini ada dua macam perayaan yang berbeda,
dengan nama yang sama. Ada Paskah sebagai perayaan kebangkitan Yesus. Ada pula
Paskah sebagai perayaan pembebasan bangsa Israel dari Mesir. Asal usulnya
diceritakan di Keluaran 12 dan untuk mudahnya perayaan itu kita sebut Paskah
Yahudi.
Paskah Yahudi
(Ibrani: Pesakh, artinya berlalu atau
melewati) timbul pada malam terakhir sebelum umat itu di bebaskan dari Mesir.
Sebagai hukuman Allah atas Firaun, pada malam itu anak-anak sulung orang Mesir
akan dibunuh, tetapi keluarga keluarga Israel akan diluputkan. Untuk itu tiap
keluarga Israel diminta menyembelih seekor anak domba. Beberapa tetes darah
domba itu haruslah dibubuhkan pada tiang dan ambang atas pintu, selaku tanda
bahwa hukuman Allah tidak akan ber-laku atas rumah itu, melainkan akan
melewatinya.
Pada malam itu,
orang israel diminta memakan daging domba tadi yang dipanggang, dengan roti tanpa
ragi dan dengan kuah pahit. Semua itu dilakukan sambil berdiri, dengan berikat
pinggang, berkasut dan memegang tongkat, sebagai tanda kesiagaan untuk
berangkat.
Peristiwa yang
bersejarah itu kemudian dirayakan setiap tahun. Tata cara yang lazim dan yang
hingga kini masih berlaku adalah kira-kira seperti yang dicatat dibawah ini:
Kepala keluarga
mengucapkan puji-pujian lalu me-ngedarkan cawan anggur. Makanan kecil dihi-dangkan
sebagai sajian pendahuluan. Kemudian cawan anggur yang kedua diedarkan. Lalu
seorang anak laki- laki harus bertanya, “Apa artinya semua acara ini?’’ Kepala
Keluarga menjawab dengan membacakan Kitab Ulangan 26:5-11.
Pembacaan itu
disambut dengan menyanyikan salah satu Mazmur Halel (yaitu Mazmur 113 s/d 118).
Biasanya dimulai dengan Mazmur 113 :
‘’Siapakah seperti Tuhan, Allah kita,
Yang diam di tempat yang tinggi,
Yang merendahkan diri untuk melihat
Ke langit dan ke bumi ?
Ia menegakkan orang yang hina dari
dalam debu
Dan mengangkat orang yang miskin dari
dalam lumpur.’’
Sesudah itu
kepala keluarga membagikan roti yang tidak beragi, daging anak domba dan kuah
pahit. Lalu untuk ketiga kalinya cawan anggur diedarkan.
Setelah semua
selesai makan, mereka menyanyikan bagian kedua dari Mazmur-mazmur Halel.
Biasanya nyanyian-nyanyian itu diakhiri dengan mengulangi beberapa ayat yang
tertentu, misalnya:
‘’Aku tidak akan mati, tetapi hidup,
Dan aku akan menceritakan perbuatan-perbuatan
TUHAN.
Batu yang dibuang oleh tukang-tukang
bangunan telah menjadi batu penjuru.
Hal itu terjadi dari pihak TUHAN,
suatu perbuatan ajaib di mata kita.
Inilah hari yang dijadikan TUHAN,
marilah kita bersorak=sorak dan bersukacita karenanya !’’
Perayaan itu di
akhiri dengan cawan anggur keempat sebagai cawan perpisahaan. Perjamuan Paskah
Yahudi seperti itulah yang dirayakan Yesus bersama para murid sebagaimana yang
dicatat di Lukas 22.
Di atas tadi
dikatakan bahwa Paskah Yahudi berbeda dengan Paskah Kristen. Memang jelas
berbeda. Tetapi jika kita memerhatikan jiwa Perayaan Paskah Yahudi, lebih-lebih
dari mazmur-mazmur yang mereka nyanyikan, di situ pun tampak kesesejajaran
dengan Paskah Kristen.
Sebab perayaan
Paskah Yahudi pun dihayati sebagai perayaan pembangkitan dari kematian. Mereka
merayakan peristiwa pembebasan dari Mesir dan penyeberangan di Laut Merah. Bagi
mereka, Mesir adalah lambang penindasan dan Laut Merah adalah lambang kematian.
Pada hari raya Pesakh mereka merayakan kebangkitan.
Yaitu kebangkitan dari penindasan dan kematian. Bangkit bukan karena kekuatan
sendiri tetapi karena Allah membangkitkan.
Demikian pula,
Paskah Kristen adalah perayaan kemenangan kuasa Allah atas penindasan dan
kematian akibat keberdosaan manusia. Allah yang bertindak!
Sumber: dikutip dari buku Selamat
Paskah
(Andar Ismail)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar