Mendengar kata “kekudusan” tidaklah selalu
menyenangkan bagi sebagian orang Kristen. Sekalipun kita telah dikuduskan oleh
kematian Kristus, namun pada dasarnya tetap sangat rawan terhadap
kejatuhan dosa. Itulah sebabnya kata “kekudusan” bisa menjadi sebuah “momok
atau teror” bagi sebagian orang jika dimunculkan dalam percakapan, bahkan
banyak pengkhotbah yang enggan mengkhotbahkannya.
Alkitab mengambarkan penghargaan yang sangat
positif terhadap aspek kekudusan (Imamat 15:11, dan lain-lain), namun kebanyakan
dari kita sering mengidentikkan kekudusan dengan kewajiban yang terpaksa dan
memberatkan. Hanya dengan menyebut kata “hidup kudus” saja pikiran kita akan
langsung tertuju pada hal-hal yang memberatkan, identik dengan daftar panjang
berjudul “dilarang” dan daftar panjang berjudul “kewajiban” atau tanggung
jawab.