A
|
llah tidak berhenti berkarya dengan mencipta seribu spesies
serangga. Untuk jenis kumbang saja, Ia telah mencipta tiga ratus ribu spesies.
Allah juga telah melimpahkan berbagai warna, rancangan dan tekstur yang berbeda
pada dunia.
Secara global kita dapat melihat bahwa Allah
telah memberi kita orang Skandinavia yang pirang, orang Italia yang kecoklatan,
orang Rusia yang bertulang besar, dan orang Jepang yang ramping. Demikian pula
dengan orang berkulit hitam di Afrika dan Papua, berkulit putih di Cina dan
Nias, berhidung mancung di Eropa dan India, keturunan Yahudi yang pintar, suku
Jawa yang penuh kelembutan, serta orang-orang Batak yang terkenal dengan
suaranya yang merdu. Fakta-fakta ini menunjukkan bahwa ternyata “dengan
sengaja” Allah telah menciptakan dunia dan isinya, termasuk juga manusia, dalam
bentuk serta sifat yang beragam, majemuk, atau berbeda.
Dengan demikian, seperti apa yang terdapat pada judul di atas (“Melayani
di Dalam dan Dengan Perbedaan”), kata “di dalam” adalah ingin mengingatkan kita
kembali bahwa kemajemukan atau perbedaan memang sudah merupakan hakekat kehidupan manusia, tidak dapat
diganggu-gugat. Hal itu bukan lagi suatu yang baru muncul secara tiba-tiba pada
masa-masa belakangan ini, namun perbedaan itu telah ada semenjak penciptaan itu
dilakukan oleh Allah. Menolak perbedaan adalah tindakan yang menolak Allah yang
telah menciptakan perbedaan (bandingkan Kejadian 1:26-27; 2:19). Sehingga
dengan ini, kita menjadi mengerti bahwa tidaklah lagi relevan
pertanyaan,“mengapa kita berbeda?”. Tetapi mungkin pertanyaan yang lebih
bijaksanana adalah: “apakah yang dapat kita lakukan dengan perbedaan yang ada
pada kita?”
***********
Seperti yang telah kita ketahui bersama, tahun 2013 ini sejak awal
telah dicanangkan sebagai Tahun Diakonia GPP. Tahun Pelayanan bagi gereja kita.
Sebagai salah satu dari Tri-Tugas Gereja, Pelayanan merupakan buah inspirasi
dari apa yang telah ditampakkan oleh hidup Tuhan Yesus seperti yang tertuang
dalam kesaksian Injil. Seluruh hidup Yesus selama 33 tahun ditandai dengan jiwa
melayani. Tuhan Yesus memberi makan, Ia mengajar, menyembuhkan, memberi
pengampunan, berempati, memaafkan, memberi kedamaian, membasuh kaki
murid-murid, dan lain sebagainya. Kehadiran-Nya tidak digambarkan sebagai Tuhan
yang berjaya dan berkuasa, melainkan sebagai Tuhan yang melayani (Yunani: diakonos artinya pelayan), bahkan
menghamba (doulos: budak/ hamba).
Jiwa inilah yang kemudian harus menjadi jiwa para murid, pengikut-Nya, termasuk
juga gereja-Nya yang mengaku sebagai umat yang berjalan di belakang Yesus.
Semuanya harus menyadari bahwa panggilan pelayanan merupakan hembusan nafas
terdalam dari setiap kita yang menyebut diri sebagai anak-anak Kristus. Tanpa
pelayanan, gereja dan kekristenan kita akan menjadi kosong dan tak berarti.
***********
Rasul Paulus dalam 1 Korintus 12:12-31 melihat
dan menggambarkan perbedaan dan kepelbagai-an adalah sebagai dasar untuk
membentuk satu kesatuan. Keragaman dalam jemaat bukan untuk membuat anggota
jemaat membandingkan diri satu dengan yang lain, bukan juga untuk menciptakan
persaingan dan perpecahan, melainkan membentuk kesatuan yang melayani, yang
dianalogikan sebagai satu Tubuh Kristus.
Rasul Paulus merasa penting untuk menuliskan hal ini karena keragaman di tengah-tengah jemaat Korintus telah membawa mereka pada perpecahan, bukan kepada kesadaran pelayanan.
Rasul Paulus merasa penting untuk menuliskan hal ini karena keragaman di tengah-tengah jemaat Korintus telah membawa mereka pada perpecahan, bukan kepada kesadaran pelayanan.
Di antara mereka ada orang-orang yang memiliki karunia yang
dipandang spektakuler, lalu memandang diri mereka lebih tinggi dari orang-orang
yang tidak memiliki karunia yang sama seperti mereka. Dan ada juga mereka yang
merasa hanya memiliki karunia yang “biasa” lalu merasa diri rendah dan mulai
menarik diri mereka dari persekutuan dan pelayanan, karena merasa bukan bagian
dari Tubuh Kristus.
Rasul Paulus menegaskan bahwa Kristus hanya memiliki satu tubuh.
Dan sama seperti tubuh yang satu itu terdiri dari banyak anggota tubuh, yang
berbeda bentuk, posisi, peran dan fungsinya, demikian juga dengan tubuh Kristus
yang satu itu. Tiap-tiap anggota memang berbeda, meskipun demikian, tidak
peduli siapa mereka, orang Yahudi atau Yunani, budak atau orang merdeka, mereka
sudah dipersatukan di dalam roh menjadi satu tubuh Kristus. Mereka memang
berbeda, tetapi keberbedaan mereka memang dirancang untuk membentuk suatu
kesatuan Tubuh Kristus (ayat 12-14).
Tiap-tiap anggota punya tempat dan peranannya sendiri, yang tidak
bisa digantikan oleh orang lain (ayat 15-20). Karena sesungguhnya, anggota Tubuh
Kristus memang beranekaragam, dan masing-masing diciptakan secara khusus, dan
diberi tempat yang khusus sesuai dengan yang dikehendaki Allah.
Tiap-tiap anggota tubuh dibentuk dan dirancang berbeda, supaya
satu sama lain dapat bekerja sama, saling membantu dan mendukung (ayat 21-25).
Anggota tubuh yang satu memerlukan kehadiran anggota tubuh yang lain. Sekecil
apapun anggota tubuh itu, ia tetap diperlukan dan dibutuhkan. Oleh sebab itu,
tidak ada satu anggota tubuh pun yang pantas untuk direndahkan dan diremehkan.
Anggota yang terkecil dan terlemah sekalipun memiliki fungsi dan peran yang
penting untuk orang lain. Dalam keragaman, setiap anggota tubuh diminta untuk
saling menghormati dan memperhatikan.
Setiap anggota yang berbeda sudah disatukan sebagai suatu kesatuan
yang saling berkaitan (ayat 26). Keterkaitan satu dengan yang lain membuat rasa
sakit yang diderita oleh satu anggota tubuh dirasakan oleh seluruh tubuh.
Demikian juga, sebuah pujian dan penghormatan dapat membawa sukacita bagi
semuanya.
***********
Sekarang, apa yang dapat kita lakukan
dengan perpedaan yang ada pada kita sebagai perwujudan panggilan pelayanan
kita? Tidak ada anugerah yang “terlalu kecil” atau sebaliknya “terlalu besar”,
sehingga ada yang merasa tidak memiliki arti atau sebaliknya merasa sebagai
bagian yang terpenting dari gereja. Semua karunia (talenta) yang dimiliki
setiap pribadi dipakai Tuhan sebagai “tangan pelayanan-Nya” di tengah gereja
dan kehidupan.
Langkah pertama yang harus dilakukan
oleh setiap warga gereja adalah: mengenal dan menyadari setiap karunia yang
Tuhan telah berikan kepadanya. Menggali dan melatih talenta yang dianugerahkan
Tuhan di dalam hidupnya (bandingkan 1 Timoteus 4:7). Mengajar, berkhotbah,
bernyanyi, memainkan alat musik, mengembalakan, mengabarkan Injil, berdoa,
sampai kepada keahlian mengobati, bertukang, melukis, menghias, memasak,
memberi tumpangan, ahli instalasi listrik, dan sebagainya, adalah contoh-contoh karunia yang
berbeda-beda yang harus disadari dan dilatih secara terus-menerus.
Tetapi itu semua tidak hanya untuk
disimpan begitu saja, namun dipergunakan demi kepentingan
gereja dan sesama sebagai perwujudan panggilan pelayanan. Apapun yang menjadi
karunia yang dimiliki merupakan suatu bagian yang penting dari kesempurnaan
gereja yang melayani sebagai Tubuh Kristus.
Mungkin kita tidak bisa memimpin pujian, tapi Tuhan beri kita karunia untuk
menghibur orang lain, jalankan karunia itu dengan senang hati. Atau kita
tidak bisa bermain musik, bernyanyi, tapi Tuhan memberi kita karunia untuk
memberi/ murah hati, ya kita bisa pakai karunia itu untuk melayani Tuhan dan
sesama.
Tiap-tiap orang sebagai anggota tubuh
Kristus telah ditetapkan oleh Allah untuk menjalankan peran dan fungsinya
masing-masing. Ada yang berperan sebagai rasul, sebagai nabi atau sebagai
pengajar. Ada yang kelihatan spektakuler, seperti menyembuhkan dan melakukan
mujizat, tetapi ada juga yang biasa. Tetapi tidak ada hirarki karunia. Semua
sama penting dan berharga, tiap-tiap karunia diberikan kepada masing-masing
anggota sesuai dengan fungsi dan peran yang dikehendaki Allah untuk melakukan
pekerjaan pelayanan-Nya.
Semua pelayanan di dalam dan dengan
perbedaan ini harus dinyatakan dan diwujudkan terlebih dahulu di dalam gereja
kita. Mengapa harus gereja yang menjadi titik berangkatnya? Karena gereja
adalah bak sebuah etalase kaca, dia adalah contoh nyata yang dapat dilihat
sebagai perwujudan idealnya sebuah pelayanan di dalam dan dengan perbedaan yang
ada di antara anggota-anggotanya. Tidak ada yang berperan menjadi penonton,
tetapi semuanya bergandeng-tangan untuk kebaikan pelayanan di dalam gereja.
Tetapi panggilan pelayanan kita tidak
berhenti hanya di dalam “gedung gereja” saja. Gereja kita bertanggung jawab
(terpanggil) untuk melayani dunia ini. Memakai potensi-potensi yang ada di
dalam gereja untuk menghadirkan kasih Kristus melalui pelayanan di berbagai
bidang kehidupan. Pelayanan yang dapat dihadirkan di banyak tempat: di pasar,
di jalanan, dalam dialog kerukunan, di perkampungan kumuh, di terminal, di
persimpangan, di saluran got yang tersumbat, di bantaran sungai yang gundul,
dan di banyak tempat lainnya. Gereja kita telah memulainya dan akan tetap setia
untuk melakukan panggilan pelayanan ini dengan karunia (talenta) yang
berbeda-beda yang Tuhan telah karuniakan kepada setiap jemaat Gereja Protestan
Persekutuan (GPP). Seberapapun kecilnya karunia (Sumber Daya) yang kita miliki,
kita akan tetap setia melayani. Karena kita sadar bahwa hanya dengan kesetiaan
dalam panggilan pelayanan inilah gereja kita ini akan tetap memiliki arti, di
sepanjang zaman, dan di setiap waktu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar