Rabu, 08 April 2020

1 Korintus 11:23-32 “Menyatukan diri dengan Tuhan”


Khotbah Ibadah Perjamuan Kamis Putih
Kamis, 09 April 2020
1 Korintus 11:23-32
“Menyatukan diri dengan Tuhan”

23   Sebab apa yang telah kuteruskan kepadamu, telah aku terima dari Tuhan, yaitu bahwa Tuhan Yesus, pada malam waktu Ia diserahkan, mengambil roti
24   dan sesudah itu Ia mengucap syukur atasnya; Ia memecah-mecahkannya dan berkata: "Inilah tubuh-Ku, yang diserahkan bagi kamu; perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku!"
25   Demikian juga Ia mengambil cawan, sesudah makan, lalu berkata: "Cawan ini adalah perjanjian baru yang dimeteraikan oleh darah-Ku; perbuatlah ini, setiap kali kamu meminumnya, menjadi peringatan akan Aku!"
26   Sebab setiap kali kamu makan roti ini dan minum cawan ini, kamu memberitakan kematian Tuhan sampai Ia datang.
27   Jadi barangsiapa dengan cara yang tidak layak makan roti atau minum cawan Tuhan, ia berdosa terhadap tubuh dan darah Tuhan.
28   Karena itu hendaklah tiap-tiap orang menguji dirinya sendiri dan baru sesudah itu ia makan roti dan minum dari cawan itu.
29   Karena barangsiapa makan dan minum tanpa mengakui tubuh Tuhan, ia mendatangkan hukuman atas dirinya.
30   Sebab itu banyak di antara kamu yang lemah dan sakit, dan tidak sedikit yang meninggal.
31   Kalau kita menguji diri kita sendiri, hukuman tidak menimpa kita.
32   Tetapi kalau kita menerima hukuman dari Tuhan, kita dididik, supaya kita tidak akan dihukum bersama-sama dengan dunia.

Keluarga yang dikasihi oleh Tuhan, sebagaimana yang kita ketahui bahwa tidak hanya dalam budaya Batak tetapi hampir dalam tradisi di seluruh belahan dunia yang sangat menghargai wejangan atau nasehat terakhir dari orang-orang yang dikasihi. Biasanya pesan atau “tona” tersebut adalah cara kita untuk menghormati bahkan untuk “menyatukan diri” dengan mereka yang telah mendahului kita. Sebagaimana seorang anak sulung yang selalu ingat ketika orang tuanya sebelum meninggal dan berpesan, “anakku yang kusayang, jagalah adik-adikmu dengan baik karena engkaulah yang nantinya menjadi pengganti orang tua bagi mereka”. Kemampuan untuk menghidupkan pesan terakhir orang tuanya itu merupakan harga diri dari si anak sulung tersebut. “Menjaga hidup adik-adiknya dengan baik” adalah cara si anak sulung untuk menghormati dan untuk “menyatukan diri” dengan orang tua yang sangat dicintainya walaupun mereka telah tiada. “Mangulahon tona” adalah cara yang terbaik dari seorang anak untuk merasakan kehadiran dia yang dikasihinya walau raga mereka telah dipisahkan oleh kematian.

Keluarga yang dikasihi Tuhan, Firman Tuhan yang menjadi dasar renungan kita pada peringatan Perjamuan Kamis Putih malam ini adalah pesan terakhir kepada para murid yang dikasihi-Nya sebelum Tuhan Yesus menyerahkan diri-Nya untuk kematian di keesokan harinya. Pesan itu disampaikan-Nya pada malam perjamuan terakhir walau para murid pada saat itu belum mengerti apa yang dimaksudkan oleh Tuhan Yesus. Memecah-mecahkan roti dan memberikan anggur melalui cawan Tuhan kepada para murid adalah bentuk ajakan Tuhan supaya para murid mau “menyatukan diri” dan menyatukan rasa dengan Tuhan yang bersedia menderita untuk dunia. Dahulu, memecahkan roti dan meminum dari cawan Tuhan adalah peringatan yang dimiliki setiap orang Israel atas kenangan bahwa kuasa Tuhan pernah dan telah melepaskan nenek moyang mereka dari perbudakan kejam di Tanah Mesir. Dan saat ini, Tuhan Yesus memerbaharui perjanjian itu dengan memberikan makna yang lebih agung dan yang bukan hanya berlaku bagi satu bangsa tetapi bagi bangsa di seluruh dunia: Saatnya telah tiba, semua makhluk akan dibebaskan dari perbudakan kejam akibat dosa! Perjamuan Kamis Putih adalah cara untuk menyatukan diri kita dengan Tuhan, “mangulahon tona” yang Tuhan perintahkan bagi para murid dan bagi seluruh orang percaya.
“Mangulahon tona” menjadi harga hidup setiap orang percaya, melakukan pesan-Nya menjadi alat kebersatuan kita dengan Tuhan yang kita percayai dan yang sangat kita cintai. Memakan roti dan meminum dari cawan Tuhan adalah proklamasi bahwa kita bersedia hidup di dalam jalan yang Tuhan telah teladankan melalui hidup dan gaya hidup-Nya yang tulus: hidup yang bersedia menderita karena kebenaran, hidup yang bersedia berkorban menentang ketidakadilan, hidup yang rela berkorban bagi sahabat dan yang dikasihi-Nya, tidak akan mundur ketika pergumulan menghadang dan tidak akan menyerah sekeras apapun tantangan menanti di depan mata. Ia juga yang bersedia menopang mereka yang membutuhkan topangan tangan, memberikan pelukan hangat kepada anak-anak yang dikasihi-Nya, memberikan penerimaan kepada perempuan yang dikucilkan dari masyarakat, memberikan pengampunan kepada yang dianggap hina karena dosa, memberi harapan kepada orang-orang yang putus asa, mengembalikan semangat kepada para murid yang dihantui rasa bersalah, dan bersedia turut serta menangis dengan setiap mereka yang berduka.
Satukanlah diri dengan Tuhan, melakukan pesan perjamuan menjadi satu dengan-Nya dalam hidup dan sikap hidup yang Tuhan telah tunjukkan.
Selamat memeringati Perjamuan Kamis Putih,
Tuhan memberkati.
Pdt. Roy Charly Sipahutar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar