Jumat, 16 Agustus 2013

Melayani di dalam dan dengan perbedaan



A
llah tidak berhenti berkarya dengan mencipta seribu spesies serangga. Untuk jenis kumbang saja, Ia telah mencipta tiga ratus ribu spesies. Allah juga telah melimpahkan berbagai warna, rancangan dan tekstur yang berbeda pada dunia.
Secara global kita dapat melihat bahwa Allah telah memberi kita orang Skandinavia yang pirang, orang Italia yang kecoklatan, orang Rusia yang bertulang besar, dan orang Jepang yang ramping. Demikian pula dengan orang berkulit hitam di Afrika dan Papua, berkulit putih di Cina dan Nias, berhidung mancung di Eropa dan India, keturunan Yahudi yang pintar, suku Jawa yang penuh kelembutan, serta orang-orang Batak yang terkenal dengan suaranya yang merdu. Fakta-fakta ini menunjukkan bahwa ternyata “dengan sengaja” Allah telah menciptakan dunia dan isinya, termasuk juga manusia, dalam bentuk serta sifat yang beragam, majemuk, atau berbeda.


Dengan demikian, seperti apa yang terdapat pada judul di atas (“Melayani di Dalam dan Dengan Perbedaan”), kata “di dalam” adalah ingin mengingatkan kita kembali bahwa kemajemukan atau perbedaan memang sudah merupakan hakekat  kehidupan manusia, tidak dapat diganggu-gugat. Hal itu bukan lagi suatu yang baru muncul secara tiba-tiba pada masa-masa belakangan ini, namun perbedaan itu telah ada semenjak penciptaan itu dilakukan oleh Allah. Menolak perbedaan adalah tindakan yang menolak Allah yang telah menciptakan perbedaan (bandingkan Kejadian 1:26-27; 2:19). Sehingga dengan ini, kita menjadi mengerti bahwa tidaklah lagi relevan pertanyaan,“mengapa kita berbeda?”. Tetapi mungkin pertanyaan yang lebih bijaksanana adalah: “apakah yang dapat kita lakukan dengan perbedaan yang ada pada kita?”
***********
Seperti yang telah kita ketahui bersama, tahun 2013 ini sejak awal telah dicanangkan sebagai Tahun Diakonia GPP. Tahun Pelayanan bagi gereja kita. Sebagai salah satu dari Tri-Tugas Gereja, Pelayanan merupakan buah inspirasi dari apa yang telah ditampakkan oleh hidup Tuhan Yesus seperti yang tertuang dalam kesaksian Injil. Seluruh hidup Yesus selama 33 tahun ditandai dengan jiwa melayani. Tuhan Yesus memberi makan, Ia mengajar, menyembuhkan, memberi pengampunan, berempati, memaafkan, memberi kedamaian, membasuh kaki murid-murid, dan lain sebagainya. Kehadiran-Nya tidak digambarkan sebagai Tuhan yang berjaya dan berkuasa, melainkan sebagai Tuhan yang melayani (Yunani: diakonos artinya pelayan), bahkan menghamba (doulos: budak/ hamba). Jiwa inilah yang kemudian harus menjadi jiwa para murid, pengikut-Nya, termasuk juga gereja-Nya yang mengaku sebagai umat yang berjalan di belakang Yesus. Semuanya harus menyadari bahwa panggilan pelayanan merupakan hembusan nafas terdalam dari setiap kita yang menyebut diri sebagai anak-anak Kristus. Tanpa pelayanan, gereja dan kekristenan kita akan menjadi kosong dan tak berarti.
***********
Rasul Paulus dalam 1 Korintus 12:12-31 melihat dan menggambarkan perbedaan dan kepelbagai-an adalah sebagai dasar untuk membentuk satu kesatuan. Keragaman dalam jemaat bukan untuk membuat anggota jemaat membandingkan diri satu dengan yang lain, bukan juga untuk menciptakan persaingan dan perpecahan, melainkan membentuk kesatuan yang melayani, yang dianalogikan sebagai satu Tubuh Kristus.
Rasul Paulus merasa penting untuk menuliskan hal ini karena keragaman di tengah-tengah jemaat Korintus telah membawa mereka pada perpecahan, bukan kepada kesadaran pelayanan.
Di antara mereka ada orang-orang yang memiliki karunia yang dipandang spektakuler, lalu memandang diri mereka lebih tinggi dari orang-orang yang tidak memiliki karunia yang sama seperti mereka. Dan ada juga mereka yang merasa hanya memiliki karunia yang “biasa” lalu merasa diri rendah dan mulai menarik diri mereka dari persekutuan dan pelayanan, karena merasa bukan bagian dari Tubuh Kristus.
Rasul Paulus menegaskan bahwa Kristus hanya memiliki satu tubuh. Dan sama seperti tubuh yang satu itu terdiri dari banyak anggota tubuh, yang berbeda bentuk, posisi, peran dan fungsinya, demikian juga dengan tubuh Kristus yang satu itu. Tiap-tiap anggota memang berbeda, meskipun demikian, tidak peduli siapa mereka, orang Yahudi atau Yunani, budak atau orang merdeka, mereka sudah dipersatukan di dalam roh menjadi satu tubuh Kristus. Mereka memang berbeda, tetapi keberbedaan mereka memang dirancang untuk membentuk suatu kesatuan Tubuh Kristus (ayat 12-14).
Tiap-tiap anggota punya tempat dan peranannya sendiri, yang tidak bisa digantikan oleh orang lain (ayat 15-20). Karena sesungguhnya, anggota Tubuh Kristus memang beranekaragam, dan masing-masing diciptakan secara khusus, dan diberi tempat yang khusus sesuai dengan yang dikehendaki Allah.
Tiap-tiap anggota tubuh dibentuk dan dirancang berbeda, supaya satu sama lain dapat bekerja sama, saling membantu dan mendukung (ayat 21-25). Anggota tubuh yang satu memerlukan kehadiran anggota tubuh yang lain. Sekecil apapun anggota tubuh itu, ia tetap diperlukan dan dibutuhkan. Oleh sebab itu, tidak ada satu anggota tubuh pun yang pantas untuk direndahkan dan diremehkan. Anggota yang terkecil dan terlemah sekalipun memiliki fungsi dan peran yang penting untuk orang lain. Dalam keragaman, setiap anggota tubuh diminta untuk saling menghormati dan memperhatikan.
Setiap anggota yang berbeda sudah disatukan sebagai suatu kesatuan yang saling berkaitan (ayat 26). Keterkaitan satu dengan yang lain membuat rasa sakit yang diderita oleh satu anggota tubuh dirasakan oleh seluruh tubuh. Demikian juga, sebuah pujian dan penghormatan dapat membawa sukacita bagi semuanya.
***********
Sekarang, apa yang dapat kita lakukan dengan perpedaan yang ada pada kita sebagai perwujudan panggilan pelayanan kita? Tidak ada anugerah yang “terlalu kecil” atau sebaliknya “terlalu besar”, sehingga ada yang merasa tidak memiliki arti atau sebaliknya merasa sebagai bagian yang terpenting dari gereja. Semua karunia (talenta) yang dimiliki setiap pribadi dipakai Tuhan sebagai “tangan pelayanan-Nya” di tengah gereja dan kehidupan.
Langkah pertama yang harus dilakukan oleh setiap warga gereja adalah: mengenal dan menyadari setiap karunia yang Tuhan telah berikan kepadanya. Menggali dan melatih talenta yang dianugerahkan Tuhan di dalam hidupnya (bandingkan 1 Timoteus 4:7). Mengajar, berkhotbah, bernyanyi, memainkan alat musik, mengembalakan, mengabarkan Injil, berdoa, sampai kepada keahlian mengobati, bertukang, melukis, menghias, memasak, memberi tumpangan, ahli instalasi listrik, dan sebagainya,  adalah contoh-contoh karunia yang berbeda-beda yang harus disadari dan dilatih secara terus-menerus.
Tetapi itu semua tidak hanya untuk disimpan begitu saja, namun dipergunakan demi kepentingan gereja dan sesama sebagai perwujudan panggilan pelayanan. Apapun yang menjadi karunia yang dimiliki merupakan suatu bagian yang penting dari kesempurnaan gereja yang melayani sebagai Tubuh Kristus.
Mungkin kita tidak bisa memimpin pujian, tapi Tuhan beri kita karunia untuk menghibur orang lain, jalankan karunia itu dengan  senang hati. Atau kita tidak bisa bermain musik, bernyanyi, tapi Tuhan memberi kita karunia untuk memberi/ murah hati, ya kita bisa pakai karunia itu untuk melayani Tuhan dan sesama.
Tiap-tiap orang sebagai anggota tubuh Kristus telah ditetapkan oleh Allah untuk menjalankan peran dan fungsinya masing-masing. Ada yang berperan sebagai rasul, sebagai nabi atau sebagai pengajar. Ada yang kelihatan spektakuler, seperti menyembuhkan dan melakukan mujizat, tetapi ada juga yang biasa. Tetapi tidak ada hirarki karunia. Semua sama penting dan berharga, tiap-tiap karunia diberikan kepada masing-masing anggota sesuai dengan fungsi dan peran yang dikehendaki Allah untuk melakukan pekerjaan pelayanan-Nya.
Semua pelayanan di dalam dan dengan perbedaan ini harus dinyatakan dan diwujudkan terlebih dahulu di dalam gereja kita. Mengapa harus gereja yang menjadi titik berangkatnya? Karena gereja adalah bak sebuah etalase kaca, dia adalah contoh nyata yang dapat dilihat sebagai perwujudan idealnya sebuah pelayanan di dalam dan dengan perbedaan yang ada di antara anggota-anggotanya. Tidak ada yang berperan menjadi penonton, tetapi semuanya bergandeng-tangan untuk kebaikan pelayanan di dalam gereja.
Tetapi panggilan pelayanan kita tidak berhenti hanya di dalam “gedung gereja” saja. Gereja kita bertanggung jawab (terpanggil) untuk melayani dunia ini. Memakai potensi-potensi yang ada di dalam gereja untuk menghadirkan kasih Kristus melalui pelayanan di berbagai bidang kehidupan. Pelayanan yang dapat dihadirkan di banyak tempat: di pasar, di jalanan, dalam dialog kerukunan, di perkampungan kumuh, di terminal, di persimpangan, di saluran got yang tersumbat, di bantaran sungai yang gundul, dan di banyak tempat lainnya. Gereja kita telah memulainya dan akan tetap setia untuk melakukan panggilan pelayanan ini dengan karunia (talenta) yang berbeda-beda yang Tuhan telah karuniakan kepada setiap jemaat Gereja Protestan Persekutuan (GPP). Seberapapun kecilnya karunia (Sumber Daya) yang kita miliki, kita akan tetap setia melayani. Karena kita sadar bahwa hanya dengan kesetiaan dalam panggilan pelayanan inilah gereja kita ini akan tetap memiliki arti, di sepanjang zaman, dan di setiap waktu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar