Mengapa “Pondasi”?
Gereja
bukanlah sebuah kerumunan, karena dalam kerumunan orang memang berkumpul tetapi
satu sama lainnya tidak memiliki ikatan; arah memang ada tetapi saling berbeda.
Gereja adalah sebuah organisasi, yakni persekutuan orang-orang yang didasarkan
oleh pengorbanan Kristus. Jika kita ingin memerkuat gereja sebagai organisasi,
sebagai persekutuan orang yang beriman maka yang harus dilihat ialah adanya
“tertib” yang dituangkan dalam “tata”. Keteraturan itulah yang mewarnai gereja
sebagai organisasi.
Keteraturan
itu diwujudkan dalam penatalayanan gereja yang sebenarnya lebih merupakan
urusan tetek-bengek yang terkadang tidak sedikit yang meributkannya, begitu
juga banyak menganggap merupakan hal yang dirasa sebagai sesuatu yang tidak penting.
Aneh memang, karena yang sesungguhnya: tanpa penatalayanan maka pelayanan
gerejawi yang baik tidak akan mungkin terwujudkan!
“Analogi penatalayanan gereja adalah seperti seorang
bapak rumah tangga yang memiliki niat baik yang ingin mewujudkan keadaan rumah
tangganya menjadi baik dan nyaman. Seorang bapak yang tidak peduli pada keadaan
rumah tangganya akan membuat rumah tangga itu menjadi kocar-kacir dan
berantakan.”
Sehingga sebagaimana setiap tindakan memiliki
dasar untuk melakukannya, visi tercapai dengan rumusan misi yang terarah,
demikian pulalah dalam pelayanan gereja terhadap jemaat dan dunia sebagaimana
pengejawantahan panggilan hidupnya, penatalayananlah sebagai pondasinya.