|
Tentu saja, bila kita tertarik akan kesejarahan
GPP dalam hal ini tentang unsur-unsur ibadah dan liturgi, bahkan tata gereja
juga tidak dapat terlepas dari warisan yang diperoleh dari “gereja asal” sebelum
ia manjae (tahun 1975) yaitu
HKBP. Walaupun tidak semua unsur yang
ada itu diambil-alih seutuhnya, namun asal-muasalnya haruslah dirunut cermat nun
dari sana.
Liturgi gereja HKBP menurut sejarahnya berasal
dari Kerajaan Prusia, Jerman. Pada waktu itu (abad ke-18, setelah Reformasi
Gereja semakin melembaga) terdapat bermacam-macam denomi-nasi (nama, aturan,
dan aliran) Gereja di Jerman, tetapi secara umum hanya ada dua aliran Gereja
yang ada, yakni Lutheran dan Calvinis. Keyakinan Kaisar yang memerintah Jerman
waktu itu adalah apabila agama bersatu (dan hanya satu), maka negara akan
menjadi kuat, dan apabila negara kuat, berarti kekuasaan Kaisar juga kuat.
Karena itu negara berkepentingan untuk menyatukan berbagai denominasi yang ada
di Jerman pada waktu itu, dan salah satu caranya adalah menyatukan tata ibadah
yang ada agar menjadi sama di seluruh Jerman. Proses penyatuan ini juga memakan
waktu bertahun-tahun dan akhirnya diputuskan untuk menggunakan tata ibadah yang
adalah gabungan dari tradisi Lutheran dan Calvinis.